Kudeta Lanjutan di Turki
Sepertinya kudeta Turki masih berlanjut. Walaupun kudeta militer itu telah gagal oleh kekuatan rakyat, namun lanjutannya akan sangat menegangkan.
Tidak bisa disembunyikan bahwa AS dan negara2 barat tidak nyaman dengan Turki di era pemerintahan Erdogan. Karena tampak sekali pembelaan Erdogan terhadap kaum muslimin yang tertindas di berbagai belahan dunia. Mulai dari palestina, mesir, suriah, somalia, rohingya dan lain-lain. Belum lagi sikap tegas dan keras Erdogan kepada Israel, kepada penguasa Kudeta Militer mesir dan juga kepada pemerintah Suriah yang membantai rakyatnya. Semua sikap itu membuat tidak nyamannya AS, barat, Rusia, para pendukung syiah dan kaum sekuler.
Sehingga wajar saja di awal-awal kudeta, semua pihak tersebut semacam senang dan bahagia. Bahkan banyak media mereka terlanjur memberitakan keberhasilan kudeta dan tumbangnya Erdogan.
Namun kemudian, pagi hari ternyata kudeta itu gagal. Kegembiraan dan kebahagiaan itu berubah menjadi kekecewaan. Rakyat Turki turun ke jalan dan berhasil melumpuhkan kudeta militer.
Akan tetapi, barat dan para pemujanya yang selama ini mengagung-agungkan demokrasi, menolak kekuasaan militer atas suatu negara dan mendukung pemerintahan sipil, ternyata sama sekali tidak ada yang mengapresiasi rakyat Turki yang berhasil menegakkan kekuasaan sipil dan menghalangi militer berkuasa. Padahal inilah inti demokrasi. Kekuasaan yang sah jangan ditumbangkan dengan kudeta militer. Kalau mau menumbangkannya, lakukanlah secara elegan pada pemilu.
Sehari pasca Kudeta gagal, tanggal 17 juli kemaren, media-media barat, terutama Inggris dan AS, semacam kompak menyerang Erdogan. Seolah-olah media-media lintas negara itu satu sumber dan satu pimpinan redaksi. Mereka serentak menuduh Erdogan melanggar HAM dalam menumpas kudeta militer. Mereka dengan beraninya membuat opini baru tentang perlunya pimpinan Turki yang tidak diktator. Sementara keberhasilan rakyat Turki turun kejalan dan menghentikan kudeta militer sama sekali tidak menjadi perhatian mereka.
Opini yang juga serentak beredar di tanggal 17 kemaren adalah bahwa kudeta itu hanya sekedar sandiwara saja. Hanya untuk menaikkan popularitas Erdogan. Opini kedua ini juga sebuah upaya sistematis "pengKELEDAIAN" otak manusia. Padahal di awal-awal kudeta, mereka yang justru memberitakan dengan semangat bahwa kudeta berhasil. Tapi setelah kudeta itu gagal, mereka ingin menutup malu. Mereka putar-balikkan fakta dan data. Lalu mereka munculkan opini baru bahwa Erdogan seorang diktator baru, dan melakukan pelanggaran HAM dalam membersihan pelaku kudeta.
Lihatlah betapa tidak adil dan tidak sportifnya barat dan kaki tangannya dalam menyikapi kondisi umat Islam. Kudeta militer mesir terhadap presiden Mursi yang sah, yang kudeta itu telah menewaskan ribuan rakyat sipil, memenjara belasan ribu lainnya tanpa pengadilan, tidak satupun yang dinyatakan melanggar HAM. Penguasa Suriah, Bashar Asad yang telah membantai puluhan ribu rakyatnya, juga tidak dianggap melanggar HAM.
Maka kudeta Turki belum berakhir. Sekarang tengah berlangsung kudeta data dan fakta. Selanjutnya tentu kudeta versi ke 6 akan lebih berbahaya. Opini dunia akan dibentuk agar semua membenci Erdogan dan pemerintahannya. Ledakan-ledakan bom pasti akan terus mengguncang Turki. Untuk kemudian merobohkan kedaulatan rakyat Turki. AS, Rusia, negara-negara barat, Israel, Suriah, Iran, ISIS, dan seluruh kekuatan anti Islam sangat berkepentingan untuk menumbangkan Turki.
Maka, Hasbunallah wa nikmal Wakiil...
Ust. Irsyad Safar, MA.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Komentar
Posting Komentar