Mendambakan Kebaikan Demi Kebaikan

 *MUHASABAH*


*_MENDAMBAKAN KEBAIKAN DEMI KEBAIKAN_*


Saudaraku,

Setiap manusia tentu mendambakan menjadi orang yang baik. Karena sejatinya kehidupan akan membaik ketika manusia pun juga memulai kebaikan dari dirinya sendiri terlebih dahulu...


Kebaikan yang selalu mereka dambakan, bukanlah tak berarti. Melainkan kebaikan itulah yang akan membantu mereka meraih ridha Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla adalah dzat Yang Maha Baik, maka Allah juga mencintai hamba yang baik...


Dalam kitab Nashaihul Ibad, Karya Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan syarah atas kitab Syekh Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Asqalani (Ibnu Hajar Al-Asqalani) dijelaskan, terdapat 3 kriteria seorang hamba yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla untuk menjadi orang yang baik. Syekh Nawawi berkata:


Pertama, ketika Allah Azza wa Jalla menghendaki seorang hamba untuk menjadi orang baik, maka Allah Azza wa Jalla menguatkan agamanya.

Agama seorang hamba tersebut dikuatkan oleh Allah Azza wa Jalla. Dikuatkanlah keimanannya. Sehingga hamba tersebut tetap teguh menapaki jalan kebaikan, meskipun godaan malang melintang. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam:


"Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik maka dikuatkanlah ia dalam perkara agama."


Kedua, dizuhudkanlah hamba tersebut di dalam perkara dunia.


Hamba yang baik, adalah hamba yang tidak tergiur sedikitpun akan gemerlap pesona dunia. Ia berpikir bahwa dunia hanyalah tempat singgah semata. Hanya perkara yang fana. Hamba yang baik hanya mengingat satu perkara, yaitu janji Allah Azza wa Jalla akan kehidupan akhirat yang kekal adanya. Ia ingat betul akan peringatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang perkara dunia, bahwa:


"Cinta dunia adalah pokok dari segala keburukan."


Ketiga, diperlihatkanlah aib-aib dalam dirinya sendiri.


Hamba yang baik tidak sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna. Mencari-cari aib sesamanya. Membicarakan keburukan orang lain. Terlebih, merasa dirinya lebih baik dan memandang orang lain terlalu buruk. Sungguh, hal tersebut jauh dari diri seorang hamba yang baik. Hamba yang baik adalah hamba yang tidak pernah membicarakan keburukan orang lain...


Ia oleh Allah Azza wa Jalla disibukkan dengan aib-aib pribadinya. Ia disibukkan dengan berintrospeksi diri, _muhasabatun nafsi._ Mencari-cari kekurangan diri sendiri untuk kemudian ia perbaiki agar kelak ia benar-benar menjadi hamba yang baik. Hal ini senada dengan perkataan ulama ahli hikmah:


"Beruntunglah bagi orang yang disibukkan dengan aib pribadinya dari pada aib-aib manusia."


Terlepas dari itu semua, Ba'dul Hukama', sebagian ulama ahli hikmah juga menerangkan bahwa sesungguhnya manusia sudah bisa meraba-raba nasibnya apakah ia ditakdirkan manjadi orang baik atau sebaliknya yaitu dengan melihat aktifitas sehari-harinya. Apakah ia dimudahkan dalam kebaikkan ataukah tidak. Jika iya, maka ia benar-benar ditakdirkan menjadi orang baik. Karena mereka (ulama ahli hikmah) berkata:


"Tiap-tiap manusia itu dimudahkan untuk apa ia diciptakan."


Jadi, ketika seorang hamba selalu diliputi dengan kebaikan demi kebaikan, maka beruntunglah manusia itu. Ia ditakdirkan menjadi orang baik...


Saudaraku,

Adapun tiga hal yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla adalah;


Pertama, suka membicarakan berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Allah Azza wa Jalla telah berfirman,


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ


“Wahai orang-orang yang beriman, hindarilah dari banyak berprasangka.” 


(QS. Al-Hujurat: 12)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ


“Tinggalkanlah berprasangka, karena berprasangka adalah sedusta-dustanya pembicaraan.” 


(HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)


Bahkan, Islam melarang seseorang memberitakan setiap apa yang dia dengar dan setiap apa yang dia lihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,


كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ


“Cukuplah seseorang dianggap dusta dengan dia membicarakan setiap apa yang dia dengar.” 


(HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)


Terlebih lagi kalau sampai berdusta, padahal Allah Azza wa Jalla telah berfirman,


وَٱجۡتَنِبُواْ قَوۡلَ ٱلزُّورِ 


“Jauhilah perkataan dusta.” 


(QS. Al-Hajj: 30)


Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا


“Jauhilah dusta, karena berdusta akan mengantarkan kepada keburukan, sedangkan keburukan akan mengantarkan ke neraka. Jika seseorang selalu berdusta dan menekuninya, niscaya akan ditulis di sisi Allah Azza wa Jalla sebagai pendusta.” 


(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)

 

Hal kedua yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla adalah banyak meminta-minta apa yang dimiliki oleh orang lain serta senang mengajukan kebutuhannya kepada orang lain. Tidaklah sepantasnya seorang Muslim yang sehat menghinakan dirinya dengan cara meminta-minta.


Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,


لاَ تَزَالُ الْمَسْأَلَةَ بِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مَزْعَةُ لَحْمٍ


“Tidaklah perbuatan meminta-minta ditekuni oleh seseorang kecuali dia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya.” 


(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)


Pada hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Perbuatan meminta-minta adalah penggaruk yang mengoyak wajah seseorang. Kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa atau dalam urusan yang mengharuskannya meminta.” 


(HR. At-Tirmidzi, dari Samurah bin Jundub radhiallahu ‘anhu)


 Hal ketiga yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla adalah perbuatan menyia-nyiakan harta. Sebab, harta adalah karunia dan kenikmatan dari Allah Azza wa Jalla yang wajib disyukuri. Allah Azza wa Jalla telah berfirman,


وَٱشۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ


“Syukurilah kenikmatan Allah atas kalian jika kalian hanya beribadah kepadanya.” 


(QS. An-Nahl: 114)


اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ


“Ya Allah, mudahkanlah kami dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah kepada-Mu dengan baik.”


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa mendambakan kebaikan demi kebaikan untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.


_Wallahua'lam bishawab_

Komentar