Tindak Pencegahan Terorisme Mulai dari Lingkungan Terkecil

Indonesia terkenal sebagai negara yang sering mengalami aksi terorisme.  Berikut daftar aksi terorisme yang terjadi selama kurun waktu 2000-2009 :

01 Agustus 2000
Bom meledak di depan kediaman Duta Besar Filipina di Jakarta. Dua orang terbunuh.

13 September 2000
Ledakan di gedung Pasar Bursa Jakarta.
Lima belas orang meninggal, puluhan cedera

24 Desember 2000
Rangkaian serangan di gereja-gereja Jakarta dan kota-kota lain. Menewaskan 17 orang. Lebih dari 100 orang mengalami luka-luka

12 Oktober 2002
Dikenal sebagai Bom Bali, aksi itu menyerang sebuah klub di Kuta, Bali dan menewaskan 202 orang tewas, kebanyakan turis asing. 88 orang diantaranya warga Australia. Ratusan orang terluka.

05 Desember 2002
Ledakan bom di rumah makan McDonald di Makassar, Sulawesi.
Tiga orang terbunuh.

05 Agustus 2003
Serangan bom pertama terhadap hotel JW Marriott di Jakarta.
Dua belas korban tewas, termasuk seorang warga Belanda.
Lebih dari 150 orang terluka.

10 Januari 2004
Bom meledak di lokasi karaoke, Kafe Sampodo di Palopo, Sulawesi. Empat orang meninggal dunia

09 September 2004
Bom mobil berkekuatan 1 ton meledak di depan Kedutaan Australia, Jakarta. Menewaskan 10 warga Indonesia. Lebih dari seratus orang cedera

13 November 2004
Ledakan di dekat kantor polisi Kendari, Sulawesi.
Lima orang tewas, empat orang terluka.

28 Mei 2005
Bom di pasar Tentena, Sulawesi
Menewaskan 22 orang dan menyebabkan 90 cedera

31 Desember 2005
Bom meledak di sebuah pasar Palu, Sulawesi.
Delapan orang tewas dan sedikitnya 48 orang lainnya terluka

01 Oktober 2005
Serangan bom bunuh diri di dua lokasi Jimbaran dan Kuta, Bali
20 orang tewas dan 129 orang lainnya luka-luka

17 Juli 2009
Hotel JW Marriott kembali menjadi target serangan bom beruntun, berikut dengan ledakan bom di hotel Ritz-Carlton, Jakarta. Sampai kini diketahui, 9 orang meninggal dan 42 orang cedera.
Karena begitu banyaknya aksi terorisme di Indonesia, sebagian negara mengklaim Indonesia sebagai sarang teroris. Tentu saja masyarakat Indonesia tidak menerima klaim tersebut. Sejak dulu bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah dan menjunjung tinggi toleransi di antara kelompok yang berbeda agama. Namun, kenyataannya, selama kurun waktu 2000-2009, aksi terorisme begitu banyak, sulit untuk menolak klaim tersebut. Yang penting saat ini adalah bagaimana masyarakat Indonesia mencegah agar aksi terorisme tidak terjadi lagi di Indonesia.


Para teroris biasanya mencari tempat yang sepi untuk merancang aktivitasnya. Daerah yang sepi dan warganya tidak terlalu peduli pada orang lain merupakan tempat yang nyaman bagi para teroris untuk beraktivitas.

Oleh karena itu, salah satu cara yang efektif untuk mencegah terjadinya aksi terorisme adalah mengoptimalkan pengawasan terhadap penduduk oleh ketua Rukun Tetangga.

Kalau setiap ketua Rukun Tetangga mengenal warga di wilayahnya, para teroris tidak akan berani melakukan aktivitasnya di Indonesia. Tidak akan ada teroris yang bisa beraktivitas, karena tiap jengkal wilayah Indonesia selalu terpantau.

Selain itu, tentu peran dari masyarakat sangat diharapkan. Antar tetangga harus saling memperhatikan. Sehingga, bila ada aktivitas yang mencurigakan, bisa langsung terdeteksi.

 Sumber:
http://www.facebook.com/topic.php?uid=111139361460&topic=10088

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasulullah Is My Doctor tulisan Jerry D. Gray

Iman, Dimana Engkau berada

NO Excuse tulisan Isa Alamsyah

Ngaos ODOJers Makassar serta Madiun, Magetan, Ponorogo, Ngawi (M2PN) 25, 26 Oktober 2014

FATWA PENYELENGGARAAN IBADAH DALAM SITUASI TERJADI WABAH COVID-19

Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015

Kemungkinan Rekayasa Tragedi Mina 2015