Nilai-nilai Budaya Kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Masa Gubernur Anies Baswedan

Anies Baswedan

Nilai-nilai budaya kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masa Gubernur Anies Baswedan tergambar pada arahan beliau kepada jajaran birokrasi sebagai berikut.


Yth. Ibu/Bapak jajaran Pemprov DKI,
Sudah lebih dari setahun yang lalu, saat kita bersama-sama merumuskan, mendalami, dan menyepakati nilai-nilai budaya kerja bagi organisasi Pemprov DKI Jakarta.

Nilai-nilai itu kita munculkan tidak hanya dari pengalaman puluhan tahun yang sudah dijalani selama ini, tapi juga dari HARAPAN dan VISI yang jelas tentang apa yang ingin kita capai dan kita berikan untuk Jakarta selama puluhan tahun ke depan.

Tahun lalu, di bulan Oktober 2019, kita menyepakati, bahwa kita akan menjunjung tinggi dan menghidupkan nilai-nilai: Berintegritas, Kolaboratif, Akuntabel, Inovatif dan Berkeadilan; dalam menjalankan roda pemerintahan di DKI Jakarta. 

Lebih detailnya (sebagai berikut):

1. Berintegritas, yaitu keselarasan antara perkataan dan perbuatan dengan memegang teguh prinsip, aturan dan norma yang berlaku.

2. Kolaboratif, yaitu bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan bersama dengam membangun tim dan kemitraan yang efektif.

3. Akuntabel, yaitu melaksanakan pekerjaan secara tuntas dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan target kinerja.

4. Inovatif, yaitu menciptakan gagasan pembaharuan untuk meningkatkan mutu layanan melalui evaluasi, pemecaham masalah, kebaruan dan perbaikan secara terus-menerus.

5. Berkeadilan, yaitu kepedulian atau kepekaan untuk memastikan pemenuhan hak berbagai pihak dapat terakomodasi, kesetaraan kesempatan bagi semua.

Apakah nilai-nilai ini semakin tampak dalam kiprah kepemerintahan kita? Jawaban singkatnya: ya, kita bisa melihatnya.

Terkait Integritas dan Akuntabilitas, kita ingat, telah tiga tahun berturut-turut kita meraih capaian opini Wajar Tanpa Pengecualian. Berbagai penghargaan dari KPK dan Kementerian PAN-RB juga menjadi catatan emas bagi kita. Indeks Demokrasi tertinggi di antara seluruh provinsi selama beberapa tahun terakhir, status sebagai badan publik informatif, dan berbagai penghargaan atas transparansi dan keterbukaan, ikut menambah pengakuan tentang tata kelola kita. Alhamdulilah, kita syukuri itu semua.
Integritas juga menunjukkan keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Dalam hal pemerintahan, maka integritas juga ditampakkan melalui pemenuhan janji kerja, pemenuhan target dalam rencana.
Tentang Kolaborasi, kita ingat, mungkin ini bagian yang paling sulit karena harus mengubah kebiasaan bertahun dari menjadi penyedia jasa tunggal, menjadi fasilitator kolaborasi. 

Kini kita lihat, warga ikut mewarnai kota, Jakarta memiliki wayfinding standar internasional dan seragam, hasil dari kolaborasi dengan anak-anak muda pegiat transportasi. Jakarta memfasilitasi Kolaborasi Sosial Berskala Besar, di mana seluruh lembaga privat dan warga dapat langsung bergerak membantu warga lainnya secara efektif. 

Saat banjir besar melanda Jakarta, seluruh jajaran Pemprov DKI tanpa kecuali turun bersama warga, mengajak berbagai pihak, mengadakan kerja bakti kolosal membersihkan kampung-kampung terdampak.

Kita pun sudah melihat contoh-contoh kolaborasi antar bagian. Ingat kejadian terbakarnya Halte Bundaran HI. Dalam waktu 3 hari saja, saat semuanya turun membantu dan mengerjakan, bahkan yang seharusnya diluar tupoksinya, dalam tiga hari, halte yang hancur total telah kembali berfungsi. Saat kita berkolaborasi erat secara internal saja, ternyata kita mampu membuat keajaiban. Ini contoh, ini luar biasa dan ini adalah kerja kita semua ! 

Tentang Inovasi, lagi-lagi, hasilnya bukan hanya telah tampak, tapi juga banyak dinikmati oleh warga dan mendapat pengakuan sampai ke tingkat dunia. Berbagai inovasi di bidang transportasi publik, misalnya, membawa bangga nama Jakarta dan Indonesia ke tingkat dunia. Inovasi Smart City kita, dari JAKI hingga Jakarta Satu, menjadi inspirasi dan tolok ukur bagi daerah lainnya. Inovasi juga bermunculan di tingkat unit atau bahkan individu ASN Pemprov DKI. Setiap tahunnya, penghargaan inovasi pelayanan publik terus kita raih.

Ruang singkat WA ini tidak akan cukup untuk menuliskan SEMUA contoh-contoh, jadi yang belum tersebut dalam ilustrasi bukan tidak diingat, semata-mata karena ruang tulis yang tdk cukup. Penyebutan beberapa saja sebagai ilustrasi umum.

Terakhir dan terpenting, tentang Keadilan. Inilah tugas konstitusional terberat di pundak kita, mewujudkan keadilan sosial di kota Jakarta. Bukan mengecilkan yang besar, tapi membesarkan yang kecil. Bukan melemahkan yang kuat, tapi menguatkan yang lemah.

Keadilan tampak saat kita memastikan layanan dan fasilitas publik kita sebanyaknya dapat dimanfaatkan oleh semua, bukan hanya sebagian. Keadilan tampak saat kita menciptakan ruang-ruang publik yang mempertemukan, menyetarakan dan mempersatukan. Keadilan tampak saat kita memastikan wilayah-wilayah terpinggir, di pinggir dan pulau-pulau terluar dari lokasi kantor di Balaikota Jakarta tak luput dari pembangunan dan peningkatan kesejahteraan. Seperti rasa bahagia dan haru saat menyaksikan aliran listrik tenaga surya memancar 24 jam di Pulau Sebira.

Keadilan tampak saat kita menegakkan aturan bukan hanya pada yang lemah, tapi pada semua, termasuk yang selama ini merasa kuat tak tersentuh penegakan aturan. Keadilan tampak saat kita menuliskan lembar aturan yang menjamin hak mereka yang lemah, menghargai mereka yang telah memberikan dan mengorbankan begitu banyak bagi Ibukota dan bagi bangsa.

Pertanyaan yang perlu kita refleksikan sekarang bukan, apakah yang kita lakukan ini sudah cukup. Bukan. Karena itu jelas jawabannya: ya, kita berproses, tapi cita-cita kita jelas bukan hanya sampai di sini. 

Kerja kita sudah banyak. Raihan dan capaian telah tampak. Namun tugas konstitusional kita tidak pernah berakhir. Mimpi mewujudkan Jakarta menjadi kota global yang modern dan berkebudayaan, kota yang berkeadilan sosial, kota di mana Pancasila mengejawantah dan tak berhenti sampai slogan, masih terus kita kejar.

Pertanyaan yang perlu menjadi refleksi kita di antaranya:
* Bagaimana kita bisa mendorong perwujudan nilai-nilai itu dalam kegiatan kepemerintahan kita secara lebih menyeluruh, lebih luas dan lebih cepat?
* Asumsi kuno apa lagi yang masih kita percayai dan perlu kita bongkar?
* Praktik baik apa lagi yang perlu kita tambahkan, dan praktik sia-sia apa lagi yang perlu kita hentikan sekarang juga?
* Siapa lagi yang bisa kita ajak segera untuk berkolaborasi membangun Jakarta?
* Warga marjinal mana lagi yang masih terabaikan dan jadi tugas kita untuk membantu segera?
* Ketidakadilan mana lagi dalam segala regulasi dan program kita yang perlu kita basmi sekarang juga?
* Keajaiban-keajaiban apa lagi yang akan kita wujudkan bersama?

Akhir pekan ini, sempatkan waktu untuk berefleksi. Banyak hal yang dulu kita cita-citakan telah menjadi realita. Beri penghargaan pada diri kita atas capaian ini. 

Lalu ingat, harapan warga di pundak kita masih banyak. Berpegang pada nilai-nilai yang telah kita sepakati bersama itu, kita yakini kita akan bisa mewujudkannya. 

Dari nilai dan gagasan, menjadi narasi yang dipahami dan diyakini bersama, berujung pada karya yang bermanfaat bagi jutaan orang, dapat kita ceritakan dengan bangga pada anak cucu kita nanti, dan menjadi catatan amal yang dapat kita pertanggungjawabkan di hadapan Yang Maha Kuasa kelak.

Selamat berakhir pekan, selamat berefleksi, jaga kesehatan, jaga semangat, jaga kebersamaan. 

Salam hangat dan salam hormat!

Wassalamu’alaikum wr wb,

Anies Baswedan
Sabtu, 12 Des 2020

Komentar