Michael Jordan, Sang Legenda Basket
Dunia olahraga mengenal beberapa nama sebagai legendanya
masing-masing. Tinju ada Mohammad Ali. Sepakbola ada Pele dan Maradona. Golf
ada nama Tiger Woods. Balap F1 ada Michael Schumacher. Dan, di bola basket, ada
satu nama yang dianggap paling berpengaruh hingga sekarang, Michael Jordan.
Untuk satu nama terakhir, meski sudah pensiun dari olahraga yang membesarkan
namanya, namun dirinya seolah tak tergantikan. Beberapa nama yang dianggap
sebagai the next Jordan-di arena basketball Amerika, NBA-tetap tak bisa
menggantikan ketenarannya. Nomor kaosnya-23-hingga kini juga digantung di
langit-langit hall of fame sebagai bentuk penghargaan atas prestasinya.
Michael Jordan memang sosok yang sangat komplit. Di dalam lapangan,
kemampuannya tak diragukan lagi. Berbagai atraksi menarik disuguhkan saat
bertanding. Ia bahkan disebut-sebut bukan lagi sebagai seorang atlet, melainkan
sudah menjadi aktor film yang mengundang decak kagum penontonnya. Karena itu,
tak heran, kala ia pernah memutuskan pensiun dini-pada tahun 1993-jumlah
penonton basket di dunia menurun.
Dunia basket seakan kehilangan ruhnya. Tak urung, komentar yang meminta Jordan
kembali ke lapangan terus bergema. Dan, hal itu akhirnya diwujudkan oleh
Michael dengan bergabung lagi ke tim Chicago Bulls pada tahun 1995. "Saya
mundur karena merasa sudah tak ada tantangan lagi. Dan saya kembali lagi karena
saya merasa kini ada tantangan baru," sebut Jordan dalam sebuah wawancara.
Sosok Jordan memang fenomenal. Jika beberapa orang merasa kurang nyaman saat
bertemu dengan halangan dan rintangan, ia justru mencarinya. Misalnya, ketika
ia kembali dari pensiunnya, secara tidak langsung, ia menantang pemain basket
yang dianggap sebagai penggantinya, Kobe Bryant. Dalam sebuah pertandingan para
bintang, ia beraksi mencoba menundukkan juniornya tersebut.
Hal tersebut juga ditunjukkan ketika
masa awal kuliah. Karena tak punya tinggi badan yang memadai untuk masuk tim
utama, dirinya sempat disingkirkan. Namun, bukannya merasa putus asa, ia
terus berlatih sendiri hingga tinggi badannya mencukupi. Meski masih dianggap
kurang ideal, ia mampu mencetak skor meyakinkan sehingga akhirnya jadi pilihan
utama. "Saya dapat menerima kegagalan, tapi saya tidak dapat menerima jika
saya belum mencoba," sebut Jordan mengungkap rahasia suksesnya.
Tantangan dan halangan memang sering justru jadi penguat dirinya untuk mencapai
prestasi. Pernah, ketika ia mulai masuk di tim profesional NBA, karena memunyai prestasi cemerlang, ia
justru sempat "dikucilkan" oleh pemain senior. "Saat kita
ingin mencapai sesuatu, pasti akan ada halangan. Saya juga menjumpainya seperti
juga orang lain. Tapi, seharusnya itu tak perlu menghentikan kita. Seperti saat
mendapati tembok, jangan berpikir menyerah, tapi coba lompati dan lewati,"
ungkap Jordan. Dengan keyakinan inilah, Jordan mampu mengubah tantangan itu
sebagai batu loncatan mencapai sukses yang lebih maksimal.
Kini, nama Jordan sangat lekat sebagai ikon NBA. Tak urung, legenda basket lain
seperti Larry Bird pun hingga sampai mengomentari, "Dewa menyamar sebagai
Michael Jordan." Prestasi fenomenalnya membuat ia sering diundang untuk
menyemangati banyak orang dalam berbagai bidang. "Saya sudah lebih dari 9000 kali gagal melakukan tembakan. Saya sudah
hamper 300 kali kalah dalam pertandingan. Setidaknya, 26 kali saya dipercaya
untuk menjadi algojo penentu kemenangan
dan saya gagal. Saya gagal terus dan terus dalam hidup saya. Dan, justru
karena itulah saya sukses," sebut Jordan dalam beberapa kali pidatonya.
khanza nafilla
XI IPS 2
masing-masing. Tinju ada Mohammad Ali. Sepakbola ada Pele dan Maradona. Golf
ada nama Tiger Woods. Balap F1 ada Michael Schumacher. Dan, di bola basket, ada
satu nama yang dianggap paling berpengaruh hingga sekarang, Michael Jordan.
Untuk satu nama terakhir, meski sudah pensiun dari olahraga yang membesarkan
namanya, namun dirinya seolah tak tergantikan. Beberapa nama yang dianggap
sebagai the next Jordan-di arena basketball Amerika, NBA-tetap tak bisa
menggantikan ketenarannya. Nomor kaosnya-23-hingga kini juga digantung di
langit-langit hall of fame sebagai bentuk penghargaan atas prestasinya.
Michael Jordan memang sosok yang sangat komplit. Di dalam lapangan,
kemampuannya tak diragukan lagi. Berbagai atraksi menarik disuguhkan saat
bertanding. Ia bahkan disebut-sebut bukan lagi sebagai seorang atlet, melainkan
sudah menjadi aktor film yang mengundang decak kagum penontonnya. Karena itu,
tak heran, kala ia pernah memutuskan pensiun dini-pada tahun 1993-jumlah
penonton basket di dunia menurun.
Dunia basket seakan kehilangan ruhnya. Tak urung, komentar yang meminta Jordan
kembali ke lapangan terus bergema. Dan, hal itu akhirnya diwujudkan oleh
Michael dengan bergabung lagi ke tim Chicago Bulls pada tahun 1995. "Saya
mundur karena merasa sudah tak ada tantangan lagi. Dan saya kembali lagi karena
saya merasa kini ada tantangan baru," sebut Jordan dalam sebuah wawancara.
Sosok Jordan memang fenomenal. Jika beberapa orang merasa kurang nyaman saat
bertemu dengan halangan dan rintangan, ia justru mencarinya. Misalnya, ketika
ia kembali dari pensiunnya, secara tidak langsung, ia menantang pemain basket
yang dianggap sebagai penggantinya, Kobe Bryant. Dalam sebuah pertandingan para
bintang, ia beraksi mencoba menundukkan juniornya tersebut.
Hal tersebut juga ditunjukkan ketika
masa awal kuliah. Karena tak punya tinggi badan yang memadai untuk masuk tim
utama, dirinya sempat disingkirkan. Namun, bukannya merasa putus asa, ia
terus berlatih sendiri hingga tinggi badannya mencukupi. Meski masih dianggap
kurang ideal, ia mampu mencetak skor meyakinkan sehingga akhirnya jadi pilihan
utama. "Saya dapat menerima kegagalan, tapi saya tidak dapat menerima jika
saya belum mencoba," sebut Jordan mengungkap rahasia suksesnya.
Tantangan dan halangan memang sering justru jadi penguat dirinya untuk mencapai
prestasi. Pernah, ketika ia mulai masuk di tim profesional NBA, karena memunyai prestasi cemerlang, ia
justru sempat "dikucilkan" oleh pemain senior. "Saat kita
ingin mencapai sesuatu, pasti akan ada halangan. Saya juga menjumpainya seperti
juga orang lain. Tapi, seharusnya itu tak perlu menghentikan kita. Seperti saat
mendapati tembok, jangan berpikir menyerah, tapi coba lompati dan lewati,"
ungkap Jordan. Dengan keyakinan inilah, Jordan mampu mengubah tantangan itu
sebagai batu loncatan mencapai sukses yang lebih maksimal.
Kini, nama Jordan sangat lekat sebagai ikon NBA. Tak urung, legenda basket lain
seperti Larry Bird pun hingga sampai mengomentari, "Dewa menyamar sebagai
Michael Jordan." Prestasi fenomenalnya membuat ia sering diundang untuk
menyemangati banyak orang dalam berbagai bidang. "Saya sudah lebih dari 9000 kali gagal melakukan tembakan. Saya sudah
hamper 300 kali kalah dalam pertandingan. Setidaknya, 26 kali saya dipercaya
untuk menjadi algojo penentu kemenangan
dan saya gagal. Saya gagal terus dan terus dalam hidup saya. Dan, justru
karena itulah saya sukses," sebut Jordan dalam beberapa kali pidatonya.
khanza nafilla
XI IPS 2
Komentar
Posting Komentar