KEUTAMAAN TASBIH DAN ISTIGHFAR

Majalah Qiblati
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Aku ingat bahwa bertahun-tahun yang lalu aku telah membaca sebuah kisah menarik yang terjadi bersama Imam Ahmad bin Hanbal. Dan aku terus mengingat kisah tersebut:

Di zaman Imam Ahmad bin Hanbal, beliau pernah dalam sebuah safar, lalu beliau melewati sebuah masjid. Kemudian beliau shalat didalamnya, sementara beliau tidak mengenal seorangpun di daerah tersebut.

Kemudian tibalah waktu tidur, lalu Imam Ahmad menggelar tikar ditempatnya didalam masjid untuk tidur diatasnya. Selang beberapa waktu, tiba-tiba penjaga masjid meminta Imam Ahmad untuk tidak tidur didalam masjid, dan meminta beliau untuk keluar dari masjid. Kala itu, penjaga masjid tidak mengenal Imam Ahmad .

Imam Ahmad berkata, "Aku tidak tahu dimana aku bisa tidur di daerah ini, oleh karena itu aku ingin tidur disini."

Tapi penjaga masjid menolak beliau untuk tidur di masjid. Setelah terjadi perdebatan, penjaga masjid berdiri menyeret Imam Ahmad keluar masjid. Sementara Imam Ahmad dalam keadaan terheran-heran dengan sikap dan perlakuan penjaga masjid tersebut hingga akhirnya beliau sampai diluar masjid.

Saat keduanya telah sampai di luar masjid, tiba-tiba ada seseorang yang melewati kedunya, sementara penjaga masjid masih menyeret Imam Ahmad.
Diapun bertanya, "Ada apa denganmu?"

Imam Ahmad menjawab, "Aku tidak menemukan tempat di daerah ini untuk aku tidur padanya, sementara penjaga masjid ini menolakku untuk aku tidur di dalam masjid."

Laki-laki itu pun menjawab, "Mari kerumahku bersamaku, tidurlah disana,"

Pergilah Imam Ahmad bersama dengan laki-laki tersebut. Disanalah Imam Ahmad terkejut dengan banyaknya laki-laki itu membaca tasbih.

Dia adalah seorang pembuat roti, dia persiapkan adonan roti di rumahnya, dan ditengah-tengah pekerjaannya, dia banyak beristighfar dan bertasbih. Maka Imam Ahmad merasakan bahwa perkara orang ini adalah sebuah perkara yang besar, karena banyaknya dia beristighfar dan bertasbih.

Imam Ahmad pun tidur, dan di pagi hari, Imam Ahmad bertanya kepada pembuat roti tersebut dengan sebuah pertanyaan, "Apakah engkau mendapati pengaruh tasbih atasmu?"

Pembuat roti itu menjawab, "Ya, demi Allah. Sesungguhnya setiap kali aku berdo'a kepada Allah, maka dikabulkanlah do'aku itu untukku. Kecuali sebuah do'a, yang belum dikabulkan oleh Allah hingga sekarang."

Lalu Imam Ahmad bertanya, "Do'a apa itu?"

Pembuat roti itu menjawab, "Aku berdo'a agar bisa melihat Imam Ahmad bin Hanbal."

Dengan terkesima, Imam Ahmad menjawab, "Akulah Imam Ahmad bin Hanbal, demi Allah, sesungguhnya aku telah diseret untuk menuju kepadamu."

Di akhir kisah ini, tidak ada yang perlu kita ucapkan selain subhânallâhi wabihamdihî, subhânallâhil 'adhîm.. astaghfirullâhal 'adhîm.

(~ Just Copas ~)

Sumber :
GRUP WA ORANG TUA KELAS ?5B SMAIT NURUL FIKRI

Sent from my BlackBerry®

powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Komentar