Komitmen untuk ODOJ

Seseorang datang menemui sahabat karibnya, sambil bercerita tentang kondisi keimanannya.

"Aku sudah tidak bisa lagi ber-ODOJ!"
"Pulang dan bacalah Al Qur'an." Jawab Sahabatnya Karibnya.
"Kamu tidak mengerti, aku sudah tidak punya semangat itu lagi."
"Pulang dan bacalah Al Qur'an." Jawabnya lagi.


"Tetapi aku tidak merasa menikmati lagi. Aku merasa jenuh tiap hari tilawah 1 juz, pekerjaan kantor banyak. Aku khawatir tilawahku sudah tidak ikhlas lagi."

"Apakah menurutmu Ibumu mencintaimu?" Tanya Sahabat Karibnya.
"Tentu saja." dengan mantap.

"Coba kamu bayangkan, sehari setelah ibumu melahirkan, dan kamu menangis di tengah malam karena popokmu basah, kemudian dia terpaksa bangun walau tubuhnya masih sangat letih untuk mengganti popokmu dan menyusuimu. Apakah menurutmu dia sungguh-sungguh menikmati itu semua?" Tanya lagi Sahabatnya.
"Tidak." Sambil menunduk.
""Kalau begitu. Apakah Ibumu juga tidak ikhlas? Ukuran besarnya cinta bukan karena dia menikmati mengganti popok di tengah malam, melainkan karena ibumu RELA melakukan itu semua meski dia tidak begitu menyukainya. "

"Ibadah tidak melulu didasari perasaan Cinta atau suka, lebih dari itu yaitu KOMITMEN."

"Saat pertama seseorang bergabung dengan ODOJ pasti dia sangat bersemangat, tetapi semangatnya yang menggebu-gebu akan padam seiring dengan berjalannya waktu. Hanya Komitmen yang membuatnya bisa ISTIQOMAH..."
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Komentar