Anak Berperilaku Menyimpang Bukan Karena Salah Sekolah
Copas dr grup sebelah...
Catatan opini pribadi mengenai fenomena permasalahan remaja#BukanKarenaIslamTerpadunya.
Oleh: Sulistiyowati
Ibu Rumah Tangga
Kepada seluruh Orangtua yg Menyekolahkan anak2nya TIDAK HANYA di Sdit, smpit, smait atau iT-IT yg lainnya, dimana saja anak kita disekolahkan, di Sekolah umum, di Madrasah, di pesantren bahkan Sekolah internasional sekalipun. Bahwa Faktanya, di masa sekarang ini ada bagian peran yg hilang dari perangkat pendidikan islam yang diajarkan Nabi kita Rasulillah SAW.
Bagian yg hilang itu merupakan elemen penting, berperan multifungsi saling mengisi dan kuat menguatkan, menuju pendidikan terbaik yg barokah. Namun seiring waktu berjalan, tahun berganti tahun, dari masa ke masa kemudian bagian penting itu kini menghilang. Sebetulnya bukan menghilang lebih tepatnya lagi terabaikan. Jika kesadaran akan pentingnya peran Elemen ini memudar maka tidak mustahil akan menghilang kemudian.
Lantas apakah Elemen yang dimaksud ?
Elemen itu bernama ORANGTUA.
Pendidikan tanpa Orangtua,
tanpa keterlibatan totalitas Orangtua secara fisik maupun psikis terhadap perkembangan anaknya TIDAK AKAN pernah menghasilkan apa2. Ini bukan sekedar rangkaian retorika para pakar pendidikan kontemporer. Atau bahagian tulisan profesor maupun mahasiswa di bangku kuliah jurusan ilmu pendidikan. Tapi ini memang betul2 sebuah Elemen yang mendasar.
Bersebab itulah maka kemudian satu kasus tidak mengenakkan muncul ke permukaan lalu menjalar dan menyandingkannya sbgai tersalah kepada pihak2 yg dianggap paling bertanggung jawab.... Diantaranya yaitu sekolah. Sekolah berlabel tertentu, yang akhirnya menjadi pihak yg justru menuai banyak tanya, kemana perannya selama ini, mengapa tiada kebaikan barang secuil pun menenpel pada individu keluaran sekolah tertentu berlabel tertentu? Apa gerangan terjadi? Ada apa dengan materi yg diajarkan di sekolah itu?
Jika mau jujur, Bak fenomena gunung es... Permasalahan kasus anak remaja pd masa sekarang ini adalah permasalahan yg menyeluruh. Dimana pun seorang anak disekolahkan, dengan berbagai latar sosial ekonomi budaya. Tidak hanya IT saja sebetulnya, Sungguh..ini merupakan fenomena yg ditemui oleh semua macam rupa sekolah. Se indonesia...Silahkan mencoba mengamati sendiri....begitu memprihatinkannya anak-anak remaja kita saat ini.
Maka jika mau bijak Lihat lah kembali bagaimana peran orangtua mendidik anak2 nya....dimana saat anak2 itu merasa sangat membutuhkan jutaan jawaban.
Orangtua yg secara sadar, totalitas berusaha berjibaku mau ambil bagian memperbaiki akhlaq anak2 mereka yg bermasalah dan cenderung ada masalah, dan mau berlapang dada terjadap kondisi lingkungan yg dihadapi anak, jauh lebih baik daripada orangtua yg menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah dan guru semata.
Selama orangtua memiliki persepsi bahwa HANYA sekolah yg MEMBAIKKAN anak tanpa adanya peran mereka utk mengambil dan meneruskan esrafet kebaikan yg telah diberikan di sekolah, Jelas itu tidak akan bekerja apa2!
Anak bersama lingkungannya setelah terbebas dari sekolah, segala hal yg tidak masuk akal akan sgt mungkin dicoba, dicari tahu dan dilakukan. Metamorfosis bukan pada hal2 baik tapi justru melegalkan yg terlarang saat d sekolah. Lingkungan serta merta mengambil peran...selepas sekolah, anak dibiarkan...Sementara Orangtua tampak merasa baik2 saja pada setiap inci perilaku anak mereka. Sebab label "sekolah bagus" itulah rasanya sudah cukup bagi mereka sbagi jaminan.
Sebaik apapun sekolah yang kita pilihkan utk anak, seislami bagaimanapun kualitas sekolah tersebut, ketika orangtua melepaskan begitu saja tanggung jawabnya mendidik anak kemudian menyerahkan pengasuhan kepada pihak sekolah. Maka ketahuilah, anak2 itu akan melanjutkannya sendiri, peran yg hilang dari orangtua dan lingkungan lah yg akan mengambil peran itu.
Ilmu parenting, melek parenting hingga keikutsertaan dlm komunitas2 parenting, jangan hanya sekedar sbgai trend.
Sungguh tiada batin seorang guru sekolah dgn label agama tertentu yg membaca catatan kasus memprihatinkan ini dan kemudian dikaitkan dgn label sekolah tersebut, kecuali dia pasti akan menangis, hatinya pilu, sakit begitu dalam, susah payah menggelontorkan segenap tenaga dan pikirannya utk mendidik totalitas anak muridnya, Lillaahi ta'ala. Lantas, sebab problem itulah akhirnya secara sadar ataupun tidak, kita justru menorehkan luka kepada para pendidik2 kita. Kita justru menghukumi banyak hal yg seharusnya bukan tanggung jawab mereka. Jangan sampai kegagalan dan PR besar ummat ini hanya dibebankan kpd sekolah...hanya dibebankan kpd guru....jangan...
Ironis memang, ketika kemorosatan akhlaq dan moral anak mencuat bak bola salju. Sekolah mendapatkan lirikan paling tajam. Apalgi sekolah yg berlabel agama.
Mari bersama merunut dan ikhtiar menjadi orangtua pembelajar. Dengan merunut tiap halnya akan kita temukan bait2 problema. Sekolah berlabel agama banyak yg melahirkan individu2 luar biasa yg prestatif, remaja yg gilang gemilang. Mereka tumbuh didampingi orangtua2 hebat, Orangtua yg tulus, Orangtua yg tidak terdikotomi oleh statusnya sosialnya, jabatannya. Orangtua Yang Mau menjadi pendengar dan problem solver. Mengkritisi satu label sekolah tertentu kemudian mengaitkannya dengan fenomena memprihatinkan disatu sisi lain ibarat mengutuk noda tanah di kantong baju, padahal ternyata keseluruhan baju, kotor terkena lumpur.
Saya yakin, banyak anak2 hebat lulusan sekolah IT yg berprestasi, yg kebaikannya mendamaikan jiwa, bahkan jumlahnya jauh lebih banyak daripada anak2 "bermasalah" lainnya. Saya yakin ada banyak kepala, banyak jiwa2 yang hatinya terpaut Kepada Allah di Sekolah2 IT tersebut yg senantiasa ikhtiarnya ia lakukan dengan sungguh2...tiap detik problem anak didiknya menjadi prioritas bahkan dibanding orangtuanya sekalipun. Karena sebetulnya kita tidak tahu...bahwa ternyata ada peran orangtua yg hilang dari pola pengasuhan pendidikan terhadap anak2 kita.
Mengingatkn kembali kisah bgmna contoh orangtua mengambil peran optimal kpd anaknya...terkait hal yg mendasar. Firman Allah di dalam surah Lukman 16-17
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
#saya belajar
#anda belajar
#kita belajar
Wallahu'alam bishowab
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Komentar
Posting Komentar