Anak dengan Sindrom Tamu

Anak dengan Sindrom Tamu
"Salim.., aduh nak kamu kok gitu sih...kamu kan tahu kalau mama sedang ada tamu. Jangan ganggu mama dulu dong nak. Masuk ke dalam dulu ya...". Si anak bukan malah masuk ke dalam, justeru tingkahnya semakin menjadi-jadi,"Ma, aku boleh minta kuenya gak? ".
"Aduh...kamu ini...di dalam kan ada....sudah mama sediakan buat kamu". "Tapi aku maunya yang ini ma...", sambil tangannya mengambil kue yang di hidangkan.
Bunda ayah...
Pernah tidak bunda ayah merasa kesal sama si kecil karena berbagai polahnya justru pada saat bunda dan ayah kedatangan tamu ? Ada yang "ngelendotin" bunda ayah sehingga susah untuk berkonsentrasi dalam obrolan. Ada yang ngambilin kue yang di sajikan padahal di dalam sudah di sediakan untuk dia. Ada yang merengek-rengek minta sesuatu seolah tidak bisa di tunda. Sampai terkadang bunda ayah harus menariknya ke dalam dan memberikan sedikit ancaman, "Awas ya, sekali lagi kamu gangguin mama, mama gak akan beliin lagi coklat kesukaan kamu". Keluar juga akhirnya jurus pamungkas untuk mengakhiri perseteruan di ruang tamu. Si kecil terdiam dengan wajah tertekuk.
Amannn....kita pun kembali ke ruang tamu dan meminta maaf, "Maaf ya bu, anak saya itu kalau ada tamu memang suka aneh-aneh kelakuannya". Si tamu pun menimpali, "...yah...emang gitu bu, namanya juga anak-anak. Di mana-mana sama, anak-anak di rumah juga gitu". Hmm...senasib dong...

Mengubah Tamu Sindrom Menjadi Potensi Positif Bagi Anak
Bunda ayah...
Baik kita sedang menerima tamu, atau pun pada saat kita bertamu, kita sering mengalami peristiwa seperti ini. Terutama di kalangan keluarga muda yang memiliki anak relatif masih kecil-kecil. Tanpa sadar terkadang kita kehilangan kesempatan emas untuk mengubah sebuah suasana yang kita anggap menyebalkan ini menjadi kuatnya hubungan emosional kita dengan anak. Atau bahkan kesempatan untuk membangun kekuatan interaksi sosial anak dan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Merupakan sebuah pemandangan yang menarik ketika Anas yang mendampingi Rasulullah sejak ia berusia sepuluh tahun itu bercerita,
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَزُورُ الأَنْصَارَ ، وَيُسَلِّمُ عَلَى صِبْيَانِهِمْ ، وَيَمْسَحُ رُءُوسَهُمْ
Dari Anas, Rasulullah mengunjungi shahabat-shahabat Anshar, mengucapkan salam kepada anak-anak mereka dan mengusap-usap kepala mereka.
Bunda ayah....
Anas menceritakan kepada kita sebuah peristiwa di mana saat itu Nabi Shalallahu'alaihi wasallam mengunjungi para shahabat Anshar. Yang sangat menarik adalah fokus cerita Anas itu bukan pada kunjungan Rasulullah kepada para shahabat Anshar tapi ia justeru menyoroti sebuah kejadian antara Rasulullah dengan anak- anak mereka.
وَيُسَلِّمُ عَلَى صِبْيَانِهِمْ ، وَيَمْسَحُ رُءُوسَهُمْ
"Mengucapkan salam kepada anak-anak mereka dan mengusap-usap kepala mereka."
Ada yang Terlewatkan
Bunda Ayah...
Ada yang seringkali terlewatkan oleh kita ketika bertamu. Ketika kita mengunjungi sahabat atau kolega kita. Pada saat di sana kita temui ada anak-anak, kita sering melewatkan mereka. Fokus kita hanya kepada teman kita, hanya kepada urusan kita dan ini lah pertanyaan kita kepada mereka, "Papanya ada dik ?". Bahkan salam dan sapaan sederhana pun sering tidak kita berikan kepada mereka.
Muhammad itu seorang Rasul, pemimpin tertinggi kaum muslimin, begitu banyak urusan umat yang ia harus selesaikan. Tapi ketika ia bertamu ke para shahabat Anshar, urusan penting itu tidak membuat perhatian terhadapa anak-anak mereka terlewatkan. Mengucapkan salam kepada mereka dan memberik sentuhan usapan di kepala mereka bukanlah merupakan sesuatu yang membuang-buang waktu. Tapi Rasulullah tahu betul bahwa ucapan salam dan usapan itu akan memberikan efek dan kesan yang luar biasa terhadap mereka.
Bukankah dalam memberikan salam Rasulullah memberikan kepada kita sebuah kaidah,
يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ عَلَى الْكَبِيْرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ
"(Hendaklah) yang lebih muda memberi salam kepada yang tua, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak." (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6231).
"Yang muda memberi salam lebih dulu kepada yang tua". Untuk anak-anak ternyata Rasulullah tidak demikian, Rasulullah memposisikan dirinya sebagai seorang guru yang sedang memberikan contoh dalam proses pembelajaran kepada mereka. Rasulullah pun mengucapkan salam lebih dulu kepada anak-anak Anshar yang ia temui. Lalu Rasulullah mengusap-usap kepala mereka. Abdulllah bin Ja'far bahkan sangat ingat jumlah bilangan usapan pada saat Rasulullah mengusap-usap kepalanya.
وعن عبد الله بن جعفر - رَضِيَ اللهُ عَنْهُما- قال: مسح رسول الله -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ- بيده على رأسي، قال: أظنه قال ثلاثاً، فلما مسح قال: (اللهم اخلف جعفراً في ولده). أخرجه الحاكم في المستدرك، وقال الذهبي: صحيح
Dari Abdullah bin Ja'far Radhiallahu'anhuma, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengusap rambutku dengan tangannya, lalu ia di tanya,"Berapa kali?", ia menjawab, "Tiga Kali". Setelah itu ia berdo'a, "Ya Allah! Tinggalkan (kebaikan-kebaikan) Ja`far pada anaknya (Abdillah)". (Di keluarkan oleh Al Hakim dalam mustadraknya, berkata Dzahabi Hadits ini Shohih.)
Inilah Kesempatan itu ?
Bunda ayah...
Ya..memang ada yang terlewatkan oleh kita pada saat kita bertamu atau menerima tamu. Sebuah perhatian dan sedikit sentuhan kepada anak.
Bunda ayah, sungguh Rasulullah memberikan contoh yang luar biasa. Ia datang, menyapa anak-anak lebih dahulu, mengucapkan salam kepada mereka, mengusap-usap kepala mereka. Setelah semua urusan itu selesai, baru Rasulullah berurusan dengan para Shahabatnya. Kenapa ketika kita kehadiran seorang tamu dan melihat anak kita mencoba mencari perhatian kita, tidak kita selesaikan dulu urusan mereka ? Bunda ayah, anak kita cuma ingin mengetahui siapa tamu bunda dan ayahnya. Ia ingin secuil perhatian. Akan lebih bijak ketika dia muncul kita memanggil dia, "Kemari nak....sini Mama kenalkan sama teman mama. Om tante....ini anak sholeh mau kenalan sama om dan tante...ayo nak...beri ucapan salam ..ke om Ilham dan tante Aisyah..".
Bukankah kita yang bertamu akan lebih menarik kalau menyapa mereka, "Subhanallah, Assalaamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh, wah...anak sholeh yang ganteng ini siapa namanya...sini nak salaman dulu dong....". Setelah bersalaman sambil mengusap kepalanya, "Nama mu siapa nak ? Udah sekolah belum..?"...dan seterusnya....
Bunda ayah...kalau itu yang kita lakukan pada saat kita bertamu atau menerima tamu, maka kita akan melihat sebuah efek yang sangat luar biasa....insya-Allah ia tidak akan mengganggu kita dan ia akan kembali asik dengan aktivitasnya.
Bunda ayah...apa yang sudah kita ajarkan kepada mereka dalam sesi yang sangat singkat ?
Kita telah mengajarkan kepada mereka tentang keutamaan menghormati tamu
Kita pun telah mengajarkan kepada mereka tentang keutamaan mengucapkan salam
Kita juga telah mengajarkan kepada mereka untuk berani berinteraksi dengan orang dewasa dan itu sangat membangun kepercayaan diri mereka.
Dan kita pun menjadi tidak terganggu selama bertamu atau menerima tamu. Subhanallah, semakin terasa bagi kita kemulian seorang Muhammad.
http://www.parentingnabawiyah.com/index.php/artikel--keluarga/anak-parenting/78-anak-dengan-sindrom-tamu
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


























Komentar