Kaifa Ihtadaitu: SUZY MADZHHAR BERTAUBAT DI TANGAN WANITA EROPA

SUZY MADZHHAR BERTAUBAT DI TANGAN WANITA EROPA
Suzy Madzhar adalah salah seorang dari sekian banyak artis dan selebritis yang bertaubat, ia mengisahkan perjalanan taubatnya sebagai berikut:
"Aku adalah alumni fakultas adab jurusan jurnalistik dari sebuah Univrsitas di Mesir, aku hidup bersama nenekku, ibu dari pamanku aktor Ahmad Madzhar. Aku habiskan banyak waktuku di keramaian jalan, aku terbiasa mendatangi pub dan club malam, seakan-akan aku ingin selalu menunjukan dan memamerkan kecantikanku di depan mata laki-laki yang jalang tanpa belas kasihan, semua itu kulakukan atas nama kebebasan dan peradaban.
Nenekku sudah tua, tidak mampu berbuat apa-apa terhadapku, termasuk bapak dan ibuku. Aku buta dengan ajaran Islam kecuali hanya kalimatnya saja. Akan tetapi meskipun aku bergelimang harta dan popularitas aku takut terhadap sesuatu yang bersumber dari api dan listrik. Aku membayangkan Allah akan membakarku atas segala kemaksiatanku kepada-Nya. Aku berkata kepada diriku sendiri, jika nenekku yang sakit-sakitan saja masih shalat, bagaimana aku bisa selamat dari adzab Allah. Kalau ingat itu aku justru buru-buru memalingkan perasaanku dengan tidur atau pergi ke pub dan diskotik.
Selepas pernikahanku, aku pergi ke Italia berbulan madu bersama suamiku, di sana aku mengunjungi Vatikan Roma. Ketika aku hendak memasukinya, aku melihat banyak para pegawai dan penjaganya memakai pakaian kebesaran agamanya. Bila mereka begitu menghargai identitas dan syiar agama mereka yang menyimpang, maka aku bertanya-tanya dalam hatiku, mengapa kita sebagai muslim tidak menghargai agama kita sendiri?
Dalam gemerlap duniawiku yang semu, aku berkata kepada suamiku bahwa aku ingin shalat sebaga rasa syukur kepada Allah atas nikmat-Nya, "Bagiku apapun yang kau inginkan adalah kebebasan individu," jawab suamiku. Aku segera menuju salah satu Masjid Raya di Paris dengan mengenakan baju panjang dan tutup kepala. Setelah menunaikan shalat aku bergegas keluar, sesampainya di pintu masjid aku melepas baju panjang dan tutup kepalaku seraya memasukkannya ke dalam tas, tetapi tiba-tiba seoarang wanita Prancis bermata biru – aku tidak pernah bisa melupakan hal ini sepanjang hidupku – dengan hijabnya yang kaffah mendekatiku, lalu ia memegang tanganku dengan lembut dan tangannya yang satu lagi menepuk bahuku seraya menyapaku dengan lembut,
"Allah… Kenapa anda melepas hijab anda? Bukankah anda tahu itu perintah Allah?"
Aku tertegun mendengarkan sapaannya. Ia terus menggandeng tanganku seraya mengajakku kembali masuk ke masjid, sebenarnya aku berusaha ingin menolaknya, tetapi kesantunan dan kelembutan tutur katanya membuatku tak berdaya menolak.👵🏼Di dalam masjid ia kembali bertanya kepadaku,
"Bukankah anda telah menyatakan bahwa aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, apakah anda mengerti maksudnya? Sesungguhnya pernyataan itu tidak cukup diucapkan dengan lisan saja, tetapi harus dibuktikan dengan amal."
Sungguh aku telah mendapatkan pelajaran yang paling berharga dalam hidupku dari wanita bule tersebut, hatiku bergetar, perasaanku luluh karena ucapan-ucapannya tadi. Kemudian ia menjabat erat tanganku seraya berkata,
"Hai ukhti, bantulah agama ini."
Sekeluarnya dari masjid aku tak habis-habisnya merenung, sampai aku tidak menyadari banyak orang di sekitarku. Sampai di suatu ketika aku menemani suamiku ke suatu tempat di mana laki-laki dan wanita berpakaian setengah telanjang. Kelakuan mereka seperti hewan, bahkan hewanpun tidak sampai melakukan hal itu. Mereka melepas baju mereka satu persatu sambil mendengarkan musik. Aku benci mereka, aku juga benci diriku yang telah tenggelam dalam kesesatan.
Aku tidak ingin melihat mereka, aku tidak perduli orang-orang di sekelilingku, aku minta suamiku untuk keluar agar bisa menghela nafas, kemudian setelah itu aku kemabali lagi ke Mesir. Sesampainya di Mesir aku memulai langkahku untuk mengenal Islam, meskipun aku memiliki gemerlap kehidupan dunia, tetapi aku belum merasakan ketenangan dan ketentraman, tetapi aku merasakannya justru ketika shalat dan membaca Qur'an. Aku mulai meninggalkan kehidupan jahiliyah di sekitarku, aku banyak bersimpuh membaca Al-Qur'an siang dan malam, aku pelajari kitab Ibnu Katsir dan Sayyid Qutub, serta kitab dan buku-buku lainnya. Aku selalu luangkan banyak waktuku untuk membaca dengan penuh semangat dan antusias. Aku telah membaca banyak buku dan mulai meninggalkan kehidupan dunia gemerlap yang menyesatkan. Aku mulai berinteraksi dengan para akhawat muslimah.
Semula suamiku menentang aku mengenakan hijab dan isolasiku dari kehidupan jahiliyah. Aku mulai meninggalkan ikhtilath dan bersalaman dengan lawan jenis baik teman dekat maupun yang lainnya. Ini semua adalah ujian dari Allah, tetapi ujian keimanan yang pertama adalah berserah diri kepada Allah dan menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih aku cintai dari selainnya. Kesulitan yang aku hadapi setelah itu adalah hubunganku dengan suamiku. Akan tetapi alhamdulillah Allah menetapkan Islam berada di rumah mungilku. Allah memberi hidayah kepada suamiku masuk Islam, bahkan sekarang ia lebih baik dariku. Ia menjadi Da'i yang ikhlas terhadap agamanya. Aku kira demikian adanya. Tanpa bermaksud melampaui Allah dalam menilai seseorang. Meskipun penyakit dan berbagai musibah duniawi menimpa kami setelah itu, kami tetap merasakan kebahagiaan, sepanjang musibah itu menimpa dunia kami bukan agama kami.
Disadur dari kitab Al-A'idaat ilallah (Mereka yang kembali ke jalan Allah)
Karya Muhammad bin Abdil Aziz al-Musnid.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT









Komentar