Alasan Tertarik dengan Genpro

MINDSET LANGIT
Ketika Harta Bukan Lagi di Hati

Ada yang nanya kenapa saya tertarik dengan Genpro? Kenapa kita gak bisnis sendiri aja, selama ini lancar aja kok? Lagian kerjasama bisnis dengan ikhwah, banyak pengalaman pahitnya. Pelatihan dan komunitas bisnis lain pun dimana mana banyak kok.

Mungkin ada lintasan tanya dalam pikiran kader. Saya cuma ingin berbagi persepsi dan pengalaman. Saya sendiri masih pemula di Genpro.
Tapi di Genpro, semua memang beda. Dulu kita punya JPMI, namun ini terbuka untuk umum, semua pengusaha Muslim. Genpro, komunitas khusus untuk kader tertarbiyah yang serius berbisnis. Agaknya fokus mengelola sumber daya internal menjadi perhatian utama, karena yang dicetak bukan sekedar pengusaha Muslim, tapi pengusaha tertarbiyah.

Saya pernah ikutan beberapa komunitas bisnis, online dan darat, termasuk TDA di antaranya. Sangat bermanfaat. Betul. Saya pun menyukai komunitas-komunitas itu. Tapi di Genpro, saya temukan apa yang tidak bisa atau sulit diraih di tempat lain.

Sesuatu yang langka itu ialah "Mindset Langit", kalo boleh saya menyebutnya begitu. Ini mindset yang dibangun di Genpro, dan tidak di tempat lain. Mindset orang mukmin yang dikuatkan dan disegarkan kembali. Orang yang sudah bertahun mengaji pun masih bisa tercerahkan bahkan terperangah, menemukan bahwa dirinya selama ini memiliki persepsi relatif "menyimpang" tentang harta. Harta yang oleh Al Quran disertai dalam hampir semua topik penting kehidupan: bahagia, ukhuwah, amal saleh, kesucian, pengorbanan, cinta hingga peradaban. Sebagai Muslim, kita harus punya sudut pandang yang tepat terhadap semua topik itu, terutama ketika ia dikaitkan dengan harta.

Di Genpro, saya belajar menata ulang kembali mindset saya sendiri tentang harta dengan semua kaitannya.
Setidaknya, ada tiga nilai yang saya dapatkan dalam Mindset Langit Genpro.

Pertama, The Best Vision.
Harta adalah milik Allah, rizki diatur oleh Allah. Kita mencari harta karena Allah. Berbisnis bukan untuk memperkaya diri sendiri, tapi sebesar besarnya untuk umat dan dakwah. Itulah yang dicontohkan sahabat dan para pengusaha Muslim dahulu. Karena itu bisnis adalah jalan hidup yang mulia. Jatuh bangunnya kita dalam bisnis, juga mulia, sepanjang syukur dan sabar menyertai kita.
Semangat kita untuk meraih omset sebesar besarnya, berbanding dengan semangat untuk memberi yang sebesar besarnya pula. Tidaklah mungkin terwujud peradaban Islam yang kokoh, tanpa kekuatan finansial yang kokoh di tangan para pengusaha Muslim. Dan tak mungkin terbentuk seorang pengusaha Muslim yang kokoh, jika tidak memiliki hubungan yang kokoh dengan Allah. Genpro mengajarkan kita untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sebelum memperbaiki bisnis kita.

Kedua, The Best Attitude.
Kalo sudah sukses bisnis, belum tentu kita paling mulia di sisi Allah dibanding orang yang berpenghasilan lebih rendah. Semua ukuran adalah takwa. Adalah kualitas niat dan amal kita. Karena itu di Genpro saya belajar kita bukan menjadi mulia karena harta, tapi karena amal. Yang harta bisa ikut serta dalam amal itu. Seberapa besar harta berperan dalam amal kita, itulah yang paling penting. Genpro mengajarkan kita rendah hati. Tetap bergaul dengan semua level dan tipe orang dengan hangat tidak membeda bedakan. Jutawan di Genpro, biasa aja makan nasi bungkus bareng dengan "kere-wan". Biasa aja satu mobil dengan mereka.
Saya menemukan kesederhanaan itu pada para pengurus Genpro. Dalam bicara, berpakaian, berinteraksi dan berbagi.

Kesuksesan diri penting, tapi kesuksesan ikhwah lain juga penting. Lancarnya bisnis sendiri adalah berkah, tapi jatuhnya bisnis ikhwah lain adalah musibah kita juga. Inilah moment merealisasikan ajaran mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri. Begitulah saya belajar di Genpro tentang berbagi. Kehadiran pengurus pusat yang tidak dibayar untuk mengisi acara, menunjukkan kepedulian tinggi terhadap pembiakan pengusaha Muslim dan kekuatan ekonomi umat, sekaligus cermin kerendahan hati.

Ketiga, The Best Action
Karena berbisnis itu mulia, maka di Genpro saya diajarkan untuk tidak tanggung tanggung berbisnis. Mandi sekalian, nyelam sekalian, arungi lautan air itu sekalian! Berbisnis harus global bro! Kalo bisa jualan sate di Jerman dan untung, ngapain jualan sate cuma gerobak depan rumah melulu. (He he, nyambung gak ya?). Kita diajarkan untuk tidak jago kandang, tapi diajar bervisi jawara global sejak dini. Dengan semua ilmu yang dipadu, jaringan yang ada terbuka untuk bersama, semua menjadi mungkin. Nabi saja sejak muda sudah berniaga lintas negara. Abdurrahman bin Auf dan sahabat lain begitu pula. Kitalah harus paling dahulu mengambil teladannya.

Akhirnya, dari Mindset Langit saya belajar bahwa harta bukan terletak di hati. Sudah lama juga mungkin kita tahu kata kata ini. Namun bedanya di Genpro saya menemukan Mindset Langit ini "membumi" dalam pribadi pengurus pusat yang saya jumpai. Semoga juga membumi bagi seluruh pengurus dan member daerah. Salam.

Zulkifli, Presiden Chapter Genpro Sijunjung
-belajar nulis-
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Komentar