Teladan dari Arifinto

Tulisan Prof Irwan Prayitno:
اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ.. ​آمِّيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

Saya merasakan duka mendalam. Tak terasa barusan turun dari pesawat menetes airmata ketika membuka grup Bravo ini. Beruntun pesan masuk Innalillahi......

Betapa tidak....Arifinto yang semenjak dulu, jamaah hanya 10 orang, saya pun sudah bersamanya.

Begitu banyak kenangan suka duka dakwah khususnya untuk Sumbar. Bahkan dengan mobil pribadi beliau dalam perjalanan dakwah di tahun 90an mengalami kecelakaan di Sungai Dareh Darmasraya. Mobilnya hancur tak terpakai lagi. Kecelakaan di subuh hari itu ada Ust Yasin dan Muzamil. Semuanya masuk rumah sakit. Pengorbanan beliau subhanallah... tak bisa dihitung apalagi dibanding kader saat ini (maaf). Beliau berdakwah dengan uang sendiri walau hidupnya pun susah. Apalagi di tahun 90an tsb, belum ada ikhwah yg jadi anggota dewan, kepala daerah dan pejabat publik.

Banyak lagi kenangan dakwah beliau di Sumbar. Karena beliau orang Baso Agam yang juga selalu pulang kampung untuk dakwah.

Secara pribadi, semua buku2 saya.... dialah yang mencetak. Di saat awal usaha percetakan, saya pula yang belikan mesin percetakan dan sudah diikhkaskan.

Arifinto termasuk kader dakwah yang jarang ditemui saat ini. Diberi sangsi oleh Jamaahpun, dia terima dengan ikhlas dan tetap aktif membantu Jamaah. Hal ini mengingatkan sahabat Nabi di perang Tabuk yang kemudian menerima sangsi karena tidak ikutnya perang Tabuk.

Banyak suka duka dakwah selama puluhan tahun lamanya. Tak mungkin digoreskan dalam kata2. Ikhwah di Sumbar pastilah punya pengalaman2 tersendiri.

Semasa dakwah ini menjadi partai, Arifinto yang sering dipanggil 'papi' adalah anggota 'permanen' di MPP. belasan tahun bersama saya di MPP. Orang yang selalu jadi rujukan bahkan jadi kamus berjalan terhadap persoalan AD ART partai dan jamaah. Memang luar biasa menguasainya. Rasanya kader lain tak hafal satu persatu ayat dan pasal di AD ART kecuali beliau.

Mari kita contoh keikhlasan beliau berdakwah yang mana sepanjang hidupnya, baik pikiran, perasaan dan waktunya untuk dakwah.

Saat ini beliau sudah pergi, orang yang selalu memanggil nama saya dengan panggilan 'da Ir' dimanapun berada. Panggilan ini adalah panggilan mesra istri saya. Tapi itulah wujud keakraban beliau dengan saya.


Hertanto.... ya Allah ... ternyata juga sudah dipanggil Allah. Hertanto ini binaan saya langsung dan juga saya yang menyalaminya ke dalam jamaah. Saya pula dengan istri yang menjodohkan. Dulu, memang muntarobi yg minta nikah, lapor saja dan dijodohkan dengan binaan istri. Beliau ikhlas berdakwah melalui kafaahnya yaitu ekonomi. Jatuh bangun dan dialah kader yang mengawali dakwah ekonomi di kalangan ikhwah.

Penyakit yang dideritanya tahunan inilah yang kemudian dipanggil Allah.

Dua sahabat saya sudah pergi menemui Allah. Semoga mereka berdua dimasukkan dalam surgaNya. Amin...

Kita yang ditinggalnya. Mari terus tingkatkan dakwah kita sesibuk apapun sebagai persiapan menuju kehidupan akhirat.

Wassalam.
Irwan Prayitno
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Komentar