Kang Zain: Mengeskpresikan Cinta dengan Memboikot

Bismillahirrahmanirrahim, laa hawla walaa quwwata illaa billaah...

(Supaya tidak gagal paham, alangkah baiknya bila dibaca secara utuh, sehingga pemahamannya holistik, terimakasih 🙏😊)

Marah dan benci atas kelakuan buruk orang kafir terhadap Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam adalah sangat wajar. Justru aneh jika kita tiada tersinggung sedikit pun bila orang yang kita cintai dihina. 

Jangankan menghina Nabi, ada orang yang menghina ibu dan ayah kita saja, pastilah ada rasa marah hadir di dada kita walaupun mungkin setiap orang berbeda kadar marahnya.

Namun kebencian dan kemarahan kita atas suatu kaum, atau kepada siapapun maka janganlah kita berhenti berlaku adil. Tetaplah proporsional, jangan sampai bila ada seseorang yang menghina ayah kita lalu kita marah kepada istri orang itu, marah kepada anak-anaknya, bahkan marah ke semua keturunannya. Cukuplah marah dan benci atas kelakuannya, bukan malah kita jadi sibuk membenci siapapun yang terhubung dengannya. Berlaku adillah.

Allah berfirman “… Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa…” (Surat Al Maa-idah 8)”

Kita harus tetap berlaku adil, sekalipun terhadap mereka yang sangat membenci kita. Ada sebuah kisah pada masa Nabi. Dalam Perang Uhud Sayyidina Hamzah terbunuh dan pembunuhan mereka sangat keji karena dialakukan mutilasi terhadapnya. Seorang sahabat Ansor melihat kenyataan itu berjanji di masa yang akan datang akan membalas melebihi mereka.

Atas pristiwa itu, maka turunlah Ayat AlQuran turun dengan memerintahkan “Jika kamu ingin membalas maka balaslah dengan cara yang setimpal. Tetapi jika kamu bersabar, maka bersabar itu lebih baik.” (Surat An-Nahl ayat 126).

Dan akhirnya pembunuh Hamzah yang bernama Wahsyi bin Harb dengan sukarela masuk Islam bahkan berhasil membunuh Nabi palsu yang bernama Musailamah al Kazzab. Inilah hikmah dari kesabaran yang dahsyat. Itu sebabnya kita selain diperintahkan untuk "Syukur Nikmat" maka kita pun diperintahkan untuk "Sabar Hikmah".

Begitu pun ketika berperang maka kita harus tetap menegakkan keadilan. Perang harus dimulai dengan pernyataan atau kesepakatan perang antara kedua belah pihak yang berperang sehingga boleh dilakukan proses untuk saling membunuh. Sebelum ada kesepakatan perang, maka kaum muslimin dilarang membunuh orang kafir, kecuali dalam rangka membela diri dan hartanya.

Dalam Islam, ketika ada perselisihan antar umat beragama, maka perang atau membunuh adalah solusi terakhir. Solusi utama yang dikedepankan seorang muslim adalah akhlak yang mulia.

Firman Allah dalam AlQuran: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (Surat Ali Imran,3:159).

Banyak orang tertarik memeluk Islam bukanlah karena pedang dan perang, tapi karena orang-orang Islam itu berakhlak mulia, suka memaafkan, mengutamakan diskusi daripada emosi.

Sebab orang-orang kafir kemungkinan besar tidak membaca AlQuran dan Hadits, sehingga wajar bila mereka tidak mengenal Islam melalui keduanya, tapi mereka mengenal Islam dari akhlak atau suri tauladan yang ditunjukkan oleh orang-orang Islam.

Itu sebabnya dalam AlQuran disampaikan bahwa "Sungguh telah ada pada diri Rosulullah suri tauladan yang baik..." (Surat Al Ahzab ayat 21)

Namun juga di AlQuran disampaikan bahwa "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” (Surat Al-Fath: 29)

Keras di ayat ini bukanlah bermakna berhati atau bersikap kasar apalagi sampai membunuh, tapi Keras di sini bermakna Berani dan Tegas, tidak plin-plan dan mencla-mencle.

Tegaslah untuk fokus kepada sikap saling menyayangi sesama kaum beriman dan manusia lainnya yang tidak menentang dan menantang Allah. Jangan fokus kepada membeci orang-orang musyrik, tapi fokuslah dengan aktivitas saling menyayangi sesama kaum muslimin.

Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang justru sibuk dengan kebencian dan kemarahan, yakni benci dan marah kepada orang-orang kafir dan musyrik lalu lupa untuk saling menyayangi antar kaum muslimin karena energi kita sudah dihabiskan untuk sibuk membenci dan murka.

Bukankah dari dulu juga memang sebagian dari orang-orang kafir itu Allah ciptakan untuk menguji respon orang-orang yang beriman atas kelakuan mereka yang sering menyakiti hati?

Sengaja Allah menghadirkan mereka untuk menyakiti hati kaum muslimin agar sungguh teruji dan terbukti kualitas kesabaran, ketaqwaan, dan akhlak kaum muslimin. 

Simaklah firman Allah berikut, "Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yg diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yg demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan." (Surat Ali Imran ayat 186)

Nah itu sebabnya mari kita amalkan perintah-perintah Allah yang ada di AlQuran, yakni marilah kita respon pernyataan Presiden Prancis yang menghina Nabi Muhammad shollallaahu'alaihi wasallam dengan ayat-ayat AlQuran yang utuh, bukan setengah-setengah.

Sehingga, janganlah kita latah memboikot seluruh produk Perancis hanya dikarenakan kebencian kita kepada Presiden Perancis, tapi maafkanlah ia yang juga merupakan makhluk ciptaan Allah, do'akanlah ia agar mendapatkan hidayah dari Allah, lalu silakan memboikot produk-produk Perancis sebagai ekspresi cinta kita kepada Nabi dan kaum beriman, bukanlah sebagai ekspresi benci kita kepada Presiden Prancis dan orang-orang Perancis yang turut menghina Nabi.

Boikotlah dengan adil, tegas, penuh cinta, dan hati yang memaafkan. Boikotlah karena cinta kita kepada Allah, Rosul-Nya, kaum muslimin, bangsa Indonesia dan kepada seluruh manusia, rahmatan lil 'aalaamiin. 

Memboikot hanyalah salah satu strategi perang aqidah melalui pelemahan ekonomi lawan kaum muslimin. Tapi memboikot bukanlah wajib, melainkan salah satu pilihan ikhtiar sebagai bukti atau ekspresi cinta kita kepada Nabi. Tentu saja masih sangat banyak cara mengekspresikan cinta kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam selain dengan cara memboikot.

Dan tentu saja pula, tidak perlu menunggu ada yang menghina Nabi kita, barulah kita bersatu dan mengutamakan produk-produk kaum Muslimin, tapi budayakanlah untuk saling membeli produk-produk kaum muslimin, produk-produk dalam negeri dari UMKM, saling membeli antar saudara, antar tetangga, antar jama'ah pengajian, seraya perlahan-lahan meninggalkan produk-produk dari para Konglomerat Kapitalis yang bisa menghambat usaha para UMKM.

Nabi tidak pernah melarang kita berbisnis dengan non muslim, Nabi tidak pernah pula melarang kita berbelanja atau membeli produk kaum non muslim, bahkan Nabi tidak pernah memboikot produk-produk Yahudi dan kaum musyrikin lainnya walaupun banyak orang-orang Yahudi yang telah membunuh Nabi-Nabi yang Allah utus.

Itu sebabnya kaum muslimin seharusnya  membuat produk-produk yang berkualitas dengan harga terjangkau sebagai bukti menyayangi saudaranya yang akan membeli produknya kelak, dan janganlah paksa saudara-saudara muslim kita membeli produk-produk kita hanya karena agama yang sama. Sebab kalau kita menjual produk yang mahal dan tidak berkualitas kepada saudara kita, lalu saudara kita kecewa, maka kita sedang menanam benih-benih kebencian di dalam dada saudara kita sendiri.

Jangan lupa do'akan juga saudara-saudara kita para muslim yang kebetulan bekerja di Perusahaan-perusahaan dari Perancis yang tentu saja mungkin sekali akan terkena imbasnya atas pemboikotan yang terjadi. Semoga mereka diberikan solusi hidup yang penuh keberkahan. Aamiin.

Dan semoga melalui washilah pemboikotan ini, Presiden Perancis segera sadar dan meminta maaf dengan tulus kepada kaum muslimin, lalu menghapus hukum peraturan kebebasan berekspresi yang menghina agama apapun.

Semoga Allah berikan kepada kita hati yang pemaaf, tegas, berani, dan penuh kasih sayang. Mengedepankan akhlak yang mulia sebagaimana Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam. 

Allaahumma sholli wa sallim wa baarik 'alaa Muhammad. Aamiin yaa Allaah yaa robbal'aalamiin.

Salam

KZ

www.jlebb.com

Komentar