Tawuran pelajar
Oleh Ahmad Surya Soneda
Duh, Lagi-lagi Tawuran Pelajar
Posted by maspure on 27 September 2012
Masih segar berita atas kasus terbunuhnya Alawy siswa SMA 6 Jakarta karena tawuran dengan SMA 70 Jakarta, kemarin sore muncul lagi kasus yang sama dan memakan korban terbunuhnya Deni Januar siswa SMA Yayasan Karya 66 karena tawuran dengan SMK Kartika Zeni. Sungguh sangat ironi kasus tawuran pelajar yang kembali terjadi di kawasan Manggarai - Jakarta Selatan ini. Karena semua pihak sedang berusaha mencari jalan keluar penyelesaian dan antisipasi agar kasus serupa tidak akan terjadi lagi, tanpa diduga muncul kasus yang sama. MasyaAllah.
Sesuai dengan data statistik yang saya lihat di sebuah siaran televisi swasta nasional, dalam tahun 2012 sampai dengan bulan September ini saja setidaknya sudah memakan korban tewas 30 orang siswa karena tawuran antar pelajar. Sungguh sangat memprihatinkan sekali kondisi para siswa kita.
Memang kasus tawuran antar pelajar di Ibu Kota Jakarta ini selalu saja mewarnai dinamika kehidupan metropolitan setiap tahunnya. Jadi rupanya sudah menjadi tradisi karena dari tahun ke tahun selalu saja ada dan tidak pernah teratasi masalah tersebut. Lalu siapa atau apa yang salah dengan tawuran pelajar di Jakarta?
Banyak para ahli mencari akar masalah terjadinya tawuran pelajar yang tidak pernah berakhir ini. Masing-masing ahli pun memberikan solusi atau jalan keluar terbaik untuk mengatasi masalah tawuran pelajar ini. Di antaranya ada yang mengatakan bahwa kurikulum sekolah terlalu berat sehingga para siswa merasa terbebani dan akhirnya mencari pelampiasan di luar sekolah.
Saya bukan seorang yang ahli di bidang pendidikan, tetapi saya merasa prihatin atas kejadian yang selalu saja terulang ini. Barangkali kalau kita mau jujur menurut saya ini merupakan indikasi bahwa betapa rapuhnya institusi kehidupan keluarga kita. Hal ini karena usia anak sekolah atau pelajar sebenarnya sepenuhnya masih menjadi tanggung jawab dan pengawasan orang tuanya. Orang tua bertanggung jawab mengawasi setiap sikap dan tingkah laku anaknya. Dengan siapa dia berteman? Bagaimana model pertemanannya? Kapan waktu yang diperbolehkan bermain? Kapan waktu yang harus dipergunakan untuk belajar? Jam berapa berangkat sekolah, jam berapa pulang sekolah? Jam berapa sampai di rumah? dan seterusnya ini semua harus disadari oleh setiap orang tua yang mempunyai anak usia sekolah. Sekali lagi, pengawasan seperti itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua.
Apabila fungsi pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya yang masih dalam usia sekolah kendor atau bahkan tidak mau peduli sama sekali, sudah dapat dipastikan bahwa anak kita akan mencari jalan sesuai seleranya sendiri. Ironinya jalan yang sering diambil oleh anak-anak usia sekolah biasanya hal-hal yang bertentangan dengan norma dan aturan hidup yang baku. Pada akhirnya nasihat orang tua dianggap tidak berguna dan mereka lebih mendengarkan nasihat teman sebayanya.
Penyebab:
1.kurangnya perhatian dari keluarga maupun sekolah
2.balas dendam
Akibat:
1.banyak korban luka
2.daerah tawuran mengalami kerusakan
3.memalukan nama baik sekolah dan keluarga
Solusi:
1.memperkenalkan beladiri resmi yang lebih aman
2.memperkenalkan lingkunan pertemanan yang positif
Sumber : http://pendidikan-kita-semua.blogspot.com/2014/10/kumpulan-berita-tentang-penyimpangan.html
Komentar
Posting Komentar