Bahaya Lisan

AFATUL LISAN
(BAHAYA LIDAH)

1. MAKNA AFATUL LISAN
Afatul lisan adalah dua ungkapan kata yang memiliki arti bahaya lidah, hal ini bukan berarti lidah selalu membawa mudharat bagi manusia, karena lidah juga bermanfaat bagi manusia. Dengan lidah seseorang dapat berbicara dan menyampaikan maksud yang diinginkan. Namun harus disadari pula bahwa betapa banyak orang yang tergelincir karena lidahnya, akibat ketidakmampuan pemilik lidah menjaganya dari ucapan dan kata-kata yang keluar dari lidah tersebut. Karena itu sangatlah urgen dalam kehidupan seorang muslim memahami bahaya dari lisan sebagaimana juga memahami akan manfaat lisan tersebut.

Dua hal penting yang sering diingatkan Islam kepada kita adalah menjaga dan memelihara dengan baik lidah dan tingkah laku. Rasulullah saw berpesan kepada kita semua yaitu :

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah berkata yang baik atau diam."

Pesan ini menekankan tentang pentingnya menjaga tutur kata, tidak mengucapkan hal yang buruk dan menyakiti hati, karena bertutur sembarang tanpa dipikirkan lebih dahulu akan membawa kepada krisis lain yaitu permusuhan, kekacauan bahkan pertumpahan darah. Maka dengan menjaga lidah dan tutur kata, dapat dipastikan akan terjalinnya kehidupan yang tenteram, damai dan sejahtera di tengah masyarakat sepanjang masa. Dalam konteks inilah Rasulullah saw berpesan supaya menjaga lidah dan tingkah laku agar tidak mengganggu dan melampaui batas atau menyentuh hak dan muruah (wibawa) orang lain.

2. HAKIKAT LIDAH
Lidah adalah salah satu ayat Allah dan nikmat-Nya. Maka wajib bagi manusia untuk memeliharanya dari dosa dan kemaksiatan, menjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan dan kerugian. Lidah akan menjadi saksi pada hari kiamat.

Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Q.S. An Nuur (24) ayat 24


3. FENOMENA BAHAYA LISAN

1. Alkalaamu fimaa laa ya'nihi (Ungkapan yang tidak berguna)

Kadang seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya sehingga menimbulkan kerugian dan penyesalan.

"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat". (Muttafaq 'alaih, dari Abu Hurairah)


2. Fudhulul Kalaam (Berbicara yang berlebihan)
Lidah memiliki kesempatan yang sangat luas untuk taat kepada Allah dan berdzikir kepadanya, tetapi juga memungkinkan untuk digunakan dalam kemaksiatan dan berbicara berlebihan. Semestinya kita mampu mengendalikan lidah untuk berdzikir dan taat kepada Allah, sehingga bisa meninggikan derajat kita. Sedangkan banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan menjauhkan diri dari Allah 'Azza wa Jalla.

3. Al Miraa' wal jadaal (Berbantahan, bertengkar dan debat kusir)
Jidaal adalah menentang ucapan orang lain gunanya untuk menyalahkan secara lafadz dan makna. Perdebatan dalam isu-isu agama dan ibadah tidak banyak faedah yang didapat kecuali jika dilangsungkan dengan etika debat yang benar, hormat-menghormati antar peserta dan dengan kekuatan ilmiah yang meyakinkan. Biasanya debat yang tidak dikawal oleh akhlaq lebih banyak mengundang kepada pertengkaran dan permusuhan yang merugikan.

4. Al Khushumah àIstifa-ulhaq (Banyak omong yang berlebih-lebihan) ingin mendapatkan haknya.
"Orang yang amat dibenci di sisi Allah adalah orang yang banyak omong." (al hadits) Mulutmu Harimaumu, seyogyanya setiap pemimpin menjaga ucapannya. Sebab, salah-salah mulutnya bisa menjadi sumber malapetaka. Pepatah di atas mengingatkan kita semua agar lebih hati-hati dalam berucap dan mengeluarkan pernyataan. Bahwa sumber dari segala bencana di dunia ini bukan pada bencana alam, letusan gunung berapi, banjir, ataupun gempa bumi, melainkan bersumber pada mulut kita sendiri.
6. Al Mizaah (Bercanda dan senda gurau)
Bercanda yang benar sajalah yang dibenarkan dalam Islam. Rasullullah acapkali bercanda. Rasullullah saw bersabda: "Sesungguhnya saya (Nabi Muhammad saw) suka juga bersendagurau dan saya tidak akan mengatakan kecuali yang benar-benar." Seperti kisah Rasullullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah si dia (nenek) tsb akan masuk surga. Dan dijawab Rasul saw, bahwa hanya orang muda saja penghuni surga. Si nenek pun terkejut, dan akhirnya Rasullullah menerangkan bahwa biarpun orang tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.

7. Bidza'atul lisan wal qoulul faahisy was-sab (Ungkapan yang menyakitkan (nyelekit)
Kata-kata jorok dan caci maki. Secara sadar atau tidak banyak kita jumpai perkataan yang menjurus kepada mencaci, menghina, merendah-rendahkan, mengejek-ngejek dan mempermain-mainkan nama Allah, sifat-sifat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, ayat-ayat-Nya dan hukum-hukum-Nya serta hukum-hukum yang diterangkan oleh Rasul-Nya. Dan juga perkataan yang menolak, menafikan dan mengingkari segala perkara dari 'alim ulama' dimana semua orang tahu bahwa perkara itu dari agama.

8. Al La'nu (Melaknat, walaupun binatang atau benda, apatah lagi manusia)
Akhir-akhir ini kebiasaan melaknat (mengutuk) banyak merebak di tengah-tengah masyarakat, baik yang tua maupun yang muda, laki-laki maupun wanita, dewasa maupun anak-anak, sehingga didapati seseorang melaknat anaknya, saudaranya, tetangganya, bahkan melaknat kedua orang tuanya dengan mengatakan, "Terlaknatlah kedua orang tuaku atau terlaknatlah ibuku, aku akan melakukan ini dan ini (seperti terkutuk bapakku jika aku tidak melakukan ini dan ini. Pent)." Biasanya dipakai untuk mengancam atau menantang.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Komentar