Merasakan Sedih Berbuah Pahala atau Dosa

 *MUHASABAH*


*_MERASAKAN SEDIH, BERBUAH PAHALA ATAU DOSA?_*


Saudaraku,

Setiap orang pasti pernah merasakan sedih, seperti ketika diberi cobaan atau ujian oleh Allah Azza wa Jalla, ditinggalkan oleh orang-orang yang kita cintai. Perlu diketahui sedih asalnya tidak bisa menolak bahaya atau mendatangkan manfaat, artinya yang disedihkan atau diratapi tidak bisa kembali. Namun sedih itu sendiri pada hakikatnya  bisa terpuji dan bisa pula tercela. Dapat berbuah pahala dan dapat pula berbuah dosa. Hal itu diterangkan oleh Ibnu Taimiyah,


Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,


Sedih tidaklah diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Bahkan kadang sedih itu terlarang dalam beberapa keadaan tatkala dikaitkan dengan hal agama. Seperti firman Allah Azza wa Jalla,


وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ


“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” 


(QS. Ali Imran: 139)


Begitu pula firman Allah Azza wa Jalla,


وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ


“Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” 


(QS. An Nahl: 127)


Allah Azza wa Jalla juga berfirman,


لَا تَحْزَنْ إنَّ اللَّهَ مَعَنَا


“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” 


(QS. At Taubah: 40)


Dalam ayat lain disebutkan pula,


وَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ


“Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka.” 


(QS. Yunus: 65)


Juga Allah Azza wa Jalla berfirman,


لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ


“Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” 


(QS. Al Hadid: 23)


Saudaraku,

Sedih tidaklah bisa mendatangkan manfaat, tidak pula menolak bahaya. Jadi, kadang sedih itu tidak bermanfaat. Sesuatu yang tidak bermanfaat tentu tidak diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla...


Namun perlu diperhatikan bahwa orang yang sedih tidaklah dikenai dosa jika tidak dikaitkan dengan sesuatu yang haram. Seperti yang terdapat pada orang yang tertimpa musibah sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


إنَّ اللَّهَ لَا يُؤَاخِذُ عَلَى دَمْعِ الْعَيْنِ وَلَا عَلَى حُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُ عَلَى هَذَا أَوْ يَرْحَمُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى لِسَانِهِ


“Sungguh Allah tidaklah menghukum seseorang karena tetesan air mata dan kesedihan hati. Akan tetapi, Allah hanyalah menyiksa atau mengasihi hamba karena sebab (sabar atau keluhan) lisan ini (sambil beliau berisyarat dengan lisannya).”


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


تَدْمَعُ الْعَيْنُ وَيَحْزَنُ الْقَلْبُ وَلَا نَقُولُ إلَّا مَا يُرْضِي الرَّبَّ


“Tetesan air mata dan sedihnya hati, dan tidaklah kukatakan selain yang Allah ridhai.” 


(HR. Muslim no. 2315)


Dalam firman Allah Azza wa Jalla disebutkan mengenai kesedihan Ya’qub,


وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ


“Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).” 


(QS. Yusuf: 84)


Saudaraku,

Ada sedih yang berbuah pahala dan terpuji. Dari sisi lain yang dinilai berpahala, bukan dari sedih itu sendiri. Misalnya adalah sedih karena musibah yang menimpa banyak kaum Muslimin. Sedih seperti ini bernilai pahala dari sisi hati yang cenderung pada kebaikan dan membenci kejelekan. Akan tetapi jika sedih tersebut sampai meninggalkan hal yang diperintahkan yaitu tidak sabar, meninggalkan _amar ma'ruf nahi munkar_ (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran), tidak meraih manfaat atau malah mendatangkan mudharat (bahaya), maka sedih semacam ini jadi terlarang. Dan sedih seperti itu bisa jadi sesuai dengan dosa yang hilang karena kesedihannya.


Adapun jika sedih mengantarkan pada lemahnya iman dan lalai dari perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, maka sedih ketika itu menjadi tercela dari sisi ini. Namun barangkali terpuji dari sisi yang lain.


(Majmu’ Al Fatawa, 10: 16-17).


Sedih akan bernilai dosa jika sampai dilampiaskan dalam melakukan yang haram. Namun sedih yang berbuah pahala jika sabar dalam musibah. Dan tidak selamanya orang yang sedih dengan meneteskan air mata menjadi tercela. Selama lisan tidak banyak menggerutu dan mengeluh terhadap takdir, artinya bersabar, maka bisa berbuah pahala.


"Ya Allah, berilah kesabaran pada kami dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan. Ya Allah, gantilah setiap kesedihan kami dengan kebahagiaan dan pahala."


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersabar atas segala ujian dari Allah Azza wa Jalla, menjauhkan diri dari kesedihan yang berbuah dosa, untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.


_Wallahua'lam bishawab_

Komentar