Sepuluh Untaian Nasihat Fudhail bin ‘Iyadh
*10 Untaian Nasihat Fudhail bin ‘Iyadh*
1.*Jangan tertipu dengan banyaknya orang yang tersesat*
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
اتبع طرق الهدى ولا يضرك قلة السالكين، وإياك وطرق الضلالة ولا تغتر بكثرة الهالكين
“Ikutilah jalan hidayah dan sedikitnya orang yang menitinya tidaklah membahayakanmu. Hati-hatilah dengan jalan-jalan kesesatan dan jangan terkecoh dengan banyaknya orang yang binasa di dalam kesesatan.” (Al-I’tisham, 1:60, Asy-Syathibi)
2. *Carilah Kawan Sejati*
“Jika engkau ingin mencari kawan sejati maka lakukan hal yang membuat dia tersinggung. Jika engkau lihat orang tersebut bersikap sebagaimana mestinya maka jadikanlah dia sebagai kawan dekat. Namun kiat di atas tidak berlaku lagi di zaman ini. Kiat diatas mengandung risiko. Zaman sekarang, jika engkau melakukan hal yang membuat dia tersinggung, dia langsung berubah menjadi musuh seketika itu juga. Penyebab perubahan ini adalah orientasi hidup; orientasi hidup para ulama salaf adalah akhirat semata. Oleh karena itu, niat mereka di dalam bersaudara dan berinteraksi adalah niat yang tulus, sehingga perkawanan itu bernilai agama (akhirat) bukan dunia. Berbeda dengan kondisi sekarang, hati demikian dikuasai oleh cinta dunia.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 4:296, Ibnu Muflih Al-Hanbali)
3. *Berdoalah untuk kebaikan penguasa*
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
” لو أن لي دعوةً مستجابةً ما صيرتها إلا في الإمامِ . قيل له : وكيف ذلك يا أبا علي ؟ قال : متى ما صيرتها في نفسي لم تحزني ، ومتى صيرتها في الإمامِ فصلاحُ الإمامِ صلاحٌ العبادِ والبلادِ
“Jika aku punya doa mustajab maka doa tersebut akan kupakai untuk mendoakan penguasa.” “Mengapa demikian wahai Abu Ali?” demikian tanggapan sebagian orang. Jawaban Al-Fudhail, “Jika doa mustajab tersebut kupakai untuk diriku sendiri, aku tidak akan mendapatkan balasan. Namun, jika kupakai untuk mendoakan penguasa maka baiknya penguasa akan berdampak kebaikan bagi rakyat dan negeri.” (Hilyah Al-Auliya’, 8:91, Abu Nu’aim Al-Ashfahani)
4. *Janganlah beramal karena manusia*
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
ترك العمل من أجل الناس رياء، والعمل من أجل الناس شرك والإخلاص أن يعافيك الله عنهما
“Meninggalkan amalan shalih karena manusia adalah riya’. Sementara itu, beramal shalih karena manusia adalah kesyirikan. Adapun ikhlas adalah jika terbebas dari kedua hal tersebut.” (Al-Adzkar An-Nawaiyyah, hlm. 7)
5. *Yang paling ikhlas dan paling benar*
Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengomentari firman Allah Ta’ala,
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Untuk menguji kalian siapakah diantara kalian yang paling baik dalan beramal.” (QS. Al-Mulk: 2)
Beliau berkata, “Yaitu amalan yang paling ikhlas dan paling benar.”
Ada yang bertanya, “Wahai Abu Ali apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar?”
Al-Fudhail menjawab, “Jika amalan itu ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima. Jika benar namun tidak ikhlas maka juga tidak diterima. Amalan yang diterima adalah yang menggabungkan antara ikhlas dan benar. Ikhlas adalah beramal karena Allah dan benar adalah sesuai sunnah.” (Majmu’ Fatawa, 3:124)
6. *Tanda rendah hati*
Dari Ibrahim, “Aku bertanya kepada Al-Fudhail mengenai apa itu tawadhu’. Jawaban beliau,
تخضع للحق، وتنقاد له وتقبله ممن قاله، ولو تسمعه من صبي قبله، ولو تسمعه من أجهل الناس قبله
‘Engkau tunduk dan patuh kepada kebenaran. Jika ada sebuah kebenaran yang engkau dengar dari anak kecil maka engkau menerimanya. Bahkan sebuah kebenaran yang engkau terima dari orang bodoh pun, engkau menerimanya.’ Sementara itu, ketika kutanya mengenai sabar dalam menghadapi musibah, jawaban beliau, ‘Dengan tidak menceritakannya.'” (Hilyatul Auliya’, 8:91)
7. *Iman yang sempurna*
Al-Faidh bin Ishaq berkata bahwa beliau mendengar Al-Fudhail berkata,
لا يبلغ العبد حقيقة الايمان حتى يعدُّ البلاء نعمة , والرخاء مصيبة , وحتى لا يحب أن يحمد على عبادة الله.
“Seorang hamba tidak akan menggapai hakikat iman kecuali setelah menganggap musibah sebagai nikmat, nikmat sebagai musibah, tidak peduli dengan dunia yang dinikmati dan sama sekali tidak ingin mendapatkan pujian karena ibadah kepada Allah Ta’ala yang ia kerjakan.” (Hilyatul Auliya’, 8:94)
8. *Harta halal yang sedikit tapi penuh berkah*
Al-Fudhail rahimahullah berkata,
لم يتزين الناس بشيء أفضل من الصدق وطلب الحلال، فقال ابنه علي: يا أبة إن الحلال عزيز: قال: يا بني وإن قليله عند الله كثير
“Tidak ada hiasan yang lebih baik daripada jujur dan berburu harta yang halal.” Ali putra Al Fudhail berkata, “Wahai ayahku berburu harta yang halal itu sulit.” (Al-Fudhail menasihati), “Wahai anakku, harta halal yang sedikit tapi di sisi Allah itu banyak.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 8:426)
9. *Janganlah menyakiti anjing*
Sebagaimana penuturan Al-Faidh bin Ishaq; Al-Fudhail berkata,
وَاللَّهِ مَا يَحِلُّ لَكَ أَنْ تُؤْذِيَ كَلْبًا وَلا خِنْزِيرًا بِغَيْرِ حَقٍّ ، فَكَيْفَ تُؤْذِي مُسْلِمًا ؟
“Demi Allah, engkau tidak boleh menyakiti anjing atau pun babi tanpa alasan! Lantas, bagaimana lagi jika menyakiti seorang muslim!” (Siyar A’lam An-Nubala’, 8:427)
10. *Ciri orang yang bertakwa*
Al-Fudhail rahimahullah berkata,
لا يكون العبد من المتقين حتى يأمنه عدوه
“Seseorang itu tidak akan menjadi orang yang benar-benar bertakwa kecuali manakala musuhnya pun merasa aman dari kezalimannya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 8:427)
Sumber: Artikel “ *Sepuluh Faidah Al Fudhail Ibn ‘Iyadh rahimahullah”*, oleh Ustadz Aris Munandar hafizhahullah, yang dimuat di majalah Al Furqan, Edisi 11, tahun ke-14.
Komentar
Posting Komentar