Teori Postmodern



Pengertian postmodern memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya sehingga istilah postmodern tidak mungkin didefinisikan dalam satu definisi tunggal dan ketat. Richard Appignanesi dan Chris Garratt memperlihatkan bahwa pengertian postmodern di antara para pemikir tampak berbeda-beda. Ada yang menggunakannya sebagai “hasil dari modernisme”, “akibat dari modernisme”, “anak modernisme”, “perkembangan dari modernisme” dan ada yang menggunakan sebagai “konter terhadap modernisme (penolakan atas modernisme)”

Para postmodern sendiri umumnya tidak suka dengan penyeragaman dan tidak suka pula pada definisi atau pembatasan, tetapi lebih suka menerima perbedaan. Penekanan pada perbedaan (difference sebagai salah satu kata kuncinya), keberagaman, anti-esensialisme merupakan watak yang membedakannya dengan cara berpikir yang mengutamakan universalitas, kesatuan dan esensialitas yang sangat dominan pada paradigma sebelumnya (paradigma modern).

(https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/download/3573/pdf#:~:text=Postmodern%20adalah%20teori%20yang%20pada,yang%20sebenarnya%20tidak%20perlu%20penjelasan.)




Postmodernisme sebenarnya merupakan sebuah reaksi, atau bentuk perlawanan pemikinan dari modernisme yang muncul sejak akhir abad 19 dimana pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh emosi, dan moralitas digantikan oleh relativisme.

Paham ini menganggap bahwa kenyataan tidak lebih dari sebuah konstruk sosial, kebenaran sama dengan kekuatan atau kekuasaan. Intinya, Postmodernisme adalah pandangan dunia yang menyangkal semua pandangan dunia. Aliran pemahaman ini menganggap bahwa tidak ada kebenaran universal yang valid untuk setiap orang. Sebab, individu terkunci dalam perspektif terbatas oleh ras, gender, dan grup etnis masing-masing.

Kalangan ilmuan menganggap, postmodernisme merupakan antitesis terhadap modernisme dan karenanya keduanya merupakan dua aspek dari gerakan yang sama, meski pada dasarnya memiliki perbedaan-perbedaan.

Modernisme mewakili berbagai gerakan budaya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Paham ini mencakup gerakan reformasi dalam seni, bacaan, musik, arsitektur, dan seni terapan.

Gerakan ini juga ditandai dengan usaha pelibatan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam setiap aspek kehidupan. Modernisme membawa reformasi di segala bidang kehidupan termasuk filsafat, perdagangan, seni, dan sastra dengan bantuan teknologi.

Pendekatan yang dilakukan bersifat obyektif, teoritis, dan analitis; sedangkan pendekatan postmodernisme didasarkan pada subjektivitas.

Perbedaan mendasar lain antara modernisme dan postmodernisme adalah bahwa pemikiran modernisme berkisar tentang pencarian kebenaran abstrak dalam hidup, sementara pemikir postmodernisme percaya bahwa tidak ada kebenaran universal.

Modernisme mencoba membangun sebuah pandangan dunia yang koheren sedangkan postmodernisme berusaha menghapus perbedaan status tinggi-rendah. Pemikiran modernisme percaya pada belajar dari pengalaman masa lalu dan mempercayai teks yang menceritakan masa lalu.

Di sisi lain, pemikiran postmodernisme menentang setiap kebenaran dalam teks yang menceritakan masa lalu dan menjadikan itu tidak ada gunanya pada masa kini. Cendekiawan modernisme mempelajari suatu subjek secara mendalam untuk kemudian menganalisanya. Namun tidak demikian halnya dengan pemikir postmodernisme.

Kelompok ini percaya akan penampilan luar dan bermain di permukaan serta tidak peduli dengan kedalaman subjek.

Modernisme menganggap karya asli sebagai otentik sementara pemikir postmodernisme mendasarkan pandangan pada “hiper-realitas”, mereka bisa sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang disebarkan melalui media.

(https://www.karimatafm.com/artikel/222-postmodernisme-dan-dekonstruksi-media.html)

Komentar